Para
majelis agama Yahudi melarang murid-murid Yesus tidak boleh lagi mewartakan
nama Yesus kepada siapa pun, sebab nama itu haram bagi mereka, apalagi ia sudah
dibunuh dan mereka tidak percaya sedikit pun akan kebangkitan-Nya. Jika larangan
ini tidak ditaati maka akibatnya mereka akan menerima hukuman yang setimpal.
Akan tetapi para murid itu menantang anggota majelis itu dengan berkata:
"Kami tidak mungkin diam terhadap fakta yang kami lihat. Karena itu kami
bertanya: apakah kami lebih taat kepada manusia ataukah kepada Allah"? Anggota
majelis itu tidak bisa menjawab kedua murid itu, karena orang lumpuh yang
sembuh itu hadir di situ. Lalu mereka membiarkan kedua rasul itu pergi.
Sikap
kedua rasul itu jelas, mereka tidak mau berpura-pura taat kepada manusia dan
mengabaikan perintah Allah, maka apapun resiko yang akan mereka hadapi, mereka
tetap menjalankan perintah dari Yesus sendiri: "pergilah ke seluruh dunia
dan wartakan Injil kepada segala makhluk (Mrk 16:15)"! Mereka taat kepada
Yesus, Tuhan dan Juru Selamatnya. Ketegasan ini lahir dari keyakinan bahwa bukan
manusia yang menentukan nasib hidup seseorang melainkan semuanya bergantung
pada rencana dan kehendak Tuhan. Rencana dan kehendak Tuhan selalu baik,
meskipun kadang-kadang manusia harus menderita ketika ia menjalankan rencana
itu. Mengapa harus takut? Kalau kita sudah menjadi milik Kristus, "maka kita
hidup untuk Tuhan, dan jika kita mati, kita mati untuk Tuhan. Jadi baik hidup
atau mati, kita adalah milik Tuhan" (Rom 14:8). Hidup dan mati itu milik
Tuhan. Ketaatan kepada Tuhan Sang Pemilik Kehidupan itulah ketaatan utama dan
pertama. Tanpa berkat dan penyertaan-Nya segalanya menjadi mustahil dan hidup
manusia menjadi tak berguna.
Yesus Kristus datang ke dunia ini dan melakukan karya-Nya dengan ketaatan total kepada Bapa-Nya di surga. Ketaatan total Kristus itulah yang sanggup menyelamatkan kita dari dosa dan maut. Meskipun Ia harus menderita, namun penderitaan itu Ia terima demi keselamatan kita, demi surga yang kita rindukan, demi kasih kepada segenap umat manusia. Ketaatan para rasul kepada Kristus mereka lakukan demi keselamatan jiwa raga mereka sendiri, demi Gereja yang mulai mereka dirikan, demi kemuliaan nama Tuhan yang mereka imani. Ketaatan kepada manusia dapat kita jalani sejauh itu selaras dengan hukum-hukum Tuhan atau tidak melawan kebenaran dan cinta kasih. Kalau keataan kepada manusia dilakukan demi uang, jabatan, harga diri, gengsi, keuntungan pribadi atau demi hormat kepada manusia yang membuat hukum itu, maka ketaatan itu adalah ketaatan sesat, yang tidak akan menjamin keselamatan jiwa raga kita.
Ketaatan
kepada Allah, apapun bentuknya selalu mendatangkan berkat dalam hidup dan
sanggup menyelamatkan jiwa raga, sedangkan ketaatan kepada manusia, jika tujuannya
tidak sesuai dengan kehendak Allah maka akan mendatangkan kerugian bagi jiwa
dan raga kita.