Pada bulan Juni di tahun 1987, ada 20 orang imam
mengikuti retret dengan Thema: ❝ IMAMAT DAN KUASA ROH KUDUS ❞ , bertempat di
Ngadireso, Malang, Jawa Timur, yang didampingi Romo Yohanes Indrakusuma, O.Carm. Selama seminggu
kami dibimbing dalam doa, renungan dan adorasi serta acara-acara lainnya. Yang
paling menarik dan justru itu menjadi puncaknya yakni, adanya acara doa
pencurahan kuasa Roh Kudus. Saat itu kami semua mengalami kegembiraan yang luar
biasa, lain dari pada kegembiraan ketika menerima sakramen imamat saat tahbisan
imam. Hati terasa berkobar-kobar, selalu ingin menyanyi, ada semangat untuk
bersaksi, Kitab Suci dan Ekaristi menjadi sangat hidup, sakramen imamat terasa
semakin dibaharui dan dicintai. Pengalaman itu bagi saya sungguh berakar dan
hingga saat ini saya sangat bersyukur atas rahmat imamat ini. Tak pernah merasa
kecewa dengan panggilan Tuhan ini, meski banyak tantangan dan godaannya.
Kegembiraan imamat tak pernah sirna bahkan semakin terasa hangat dan berkobar serta
mengalir seperti air. Dalam imamat ada banyak mujizat, berkat, dan kasih Tuhan yang
mengalir dari sumbernya yang tak pernah kering. Puji Tuhan…!
Dalam wejangan terakhir-NYA, Yesus
mengatakan: “Sesungguhnya kamu akan menangis dan meratap, tetapi dunia akan
bergembira; kamu akan berdukacita, tetapi dukacitamu akan berubah menjadi
sukacita; seperti seorang perempuan berdukacita pada saat ia melahirkan, tetapi
sesudah ia melahirkan anaknya, ia tidak ingat lagi akan penderitaannya, karena
kegembiraan bahwa seorang manusia telah dilahirkan ke dunia. Demikian juga kamu
sekarang diliputi dukacita, tetapi Aku akan melihat kamu lagi dan hatimu akan
bergembira dan tidak ada seorang pun yang dapat merampas kegembiraanmu itu dari
padamu”.
Di sini Tuhan mau menggambarkan kepada
para murid-NYA tentang pengalaman yang akan terjadi pada masa datang ketika Dia
sudah pergi. Semua yang dikatakan Tuhan ini kemudian memang benar terjadi atas
diri mereka semua. Seperti jelas tergambar pada diri rasul Paulus dalam bacaan
hari ini. Kegembiraan Paulus dalam mewartakan sabda Tuhan tak pernah sirna. Ia
mengalami kegembiraan demi kegembiraan sejak ia menerima Roh Kudus dari tangan
Ananias di kota Damsyik pada saat pertobatannya sampai akhir hayatnya di mata pedang
sang algoju, yang memenggal kepalanya. Pengalaman yang menguatkan Paulus tidak
lain adalah perjumpaan dengan Tuhan yang terjadi berulang-ulang dalam
perjalanan kerasulannya. Dalam bacaan pertama hari ini (Kis 18:9-18) Tuhan
berkata kepada Paulus: "Jangan takut! Teruslah memberitakan firman dan
jangan diam! Sebab Aku menyertai engkau dan tidak ada seorang pun yang akan
menjamah dan menganiaya engkau, sebab banyak umat-Ku di kota ini." Pesan
ini tentu sangat menguatkan dan menggembirakan hati Paulus sehingga semangatnya
tak pernah luntur untuk mewartakan serta menulis surat-surat pastoral yang luar
biasa bagusnya itu. Demikian pula halnya terjadi dengan rasul-rasul yang lain
serta banyak para kudus di dalam Gereja, baik kaum religius maupun awam.
Dalam sebuah lagu sederhana ada syair
yang berbunyi demikian: “Kerja buat Tuhan selalu manis e, biar pikul salib
selalu manis e”. Kalimat sederhana dalam lagu ini hanya mau melukiskan bahwa betapa banyak
pengikut Kristus di dunia ini yang sungguh-sungguh mengalami kegembiraan sejati
dalam hidup mereka, ketika mereka menghayati panggilan hidupnya dengan baik dan
bekerja untuk kemajuan kerajaan Tuhan dengan sukarela. Mereka mengalami
kegembiraan demi kegembiraan dan kegembiraan itu tak pernah pudar oleh
tantangan yang mereka alami. Bahkan di tempat lain Paulus menulis dan bersaksi: “Hidupku bukan aku
lagi melainkan Kristus yang hidup di dalam aku” (Gal 2:20). Kegembiraan kita tak akan
pernah sirna jika Roh Kristus sungguh-sungguh hidup dan bekerja di dalam diri kita, dalam pelayanan apa saja yang berguna bagi Gereja, negara, keluarga dan di tempat tugas kita setiap hari.
Kiranya novena Pentakosta yang dimulai
hari ini akan membantu kita untuk menyadari betapa pentingnya memohon bantuan
dan bimbingan Roh Kudus dalam hidup dan karya kita sehari-hari…!