Dalam salah satu kegiatan kaderisasi calon-calon
pemimpin untuk Persekutuan Doa Kharismatik Katolik di Ngadireso Malang, tahun
1992, 400-an orang hadir dari pelbagai Keuskupan di Indonesia. Pada suatu
sessie kegiatan pukul 11.00 siang kami semua diajak bernyanyi bersama-sama
lagu: Bersama Malaikat Di Surga,
diiringi musik yang sesuai dengan lagu tersebut. Ketika lagu itu dinyanyikan
berulang-ulang beberapa kali pada puncak tertentu semua tergiring masuk dalam “singing in the spirit” – menyanyi dalam
roh. Semua peserta menyanyi dalam bahasa roh-NYA masing-masing dengan nadanya
sendiri tetapi serasi, teratur dan seirama membentuk suatu paduan suara yang
indah serta membuat seluruh suasana itu terhanyut suatu kontemplasi yang dalam.
Selama sepuluh menit sesudahnya terjadi keheningan luar biasa. Semua orang tak
sanggup mengungkapkan sepatah kata pun. Hanya terasa keheningan yang
membahagiakan, seperti dikuasai oleh kehadiran Allah yang menakjubkan, seperti
perasaan Petrus ketika Yesus berubah rupa di gunung Tabor, lalu berkata: “Alangkah
bahagianya kami berada di tempat ini. maka sebaiknya kita berkemah di sini
saja, dan tak usah pulang”.
Berkata-kata
dalam bahasa roh atau juga menyanyi dalam bahasa roh bagi sebagian besar umat
kristiani dewasa ini terasa sebagai sesuatu yang asing bahkan mereka menuduh
orang yang berdoa dalam bahasa roh itu adalah orang yang aneh, “doa yang
mengada-ada”, orang yang kejangkitan roh
saudara-saudara dari Gereja denominasi, atau orang yang kelebihan roh, dll. Demikian
pun bila ada orang yang menyanyi dalam roh dan kemudian bernubuat. Saking tidak
mengertinya, tetapi menuduh tanpa dasar, mereka mengatakan: “kami alergi dengan
kharismatik. Ngapain doa aneh-aneh begitu. Tidak ada doa demikian dalam Gereja
katolik, tidak ada dasar dalam Kitab Suci, dll”. Dalam pengalaman Gereja
perdana, cikal bakalnya atau nenek moyangnya Gereja Katolik, berdoa dalam
bahasa roh dan bernubuat adalah suatu manifestasi yang biasa terjadi pada
jemaat.
Teks-teks Kitab
Suci berikut ini mengatakan kepada kita semua tentang adanya karunia itu dalam
Gereja perdana: “Dan ketika Paulus
menumpangkan tangan di atas mereka, turunlah Roh Kudus ke atas mereka, dan
mulailah mereka berkata-kata dalam bahasa roh dan bernubuat. Jumlah mereka
adalah kira-kira dua belas orang” (Kis 18:6-7). Pengalaman lain: “sebab mereka mendengar orang-orang itu berkata-kata dalam
bahasa roh dan memuliakan Allah” (Kis 10:46). Kepada jemaat di Korintus
Paulus mengatakan: “Kepada yang seorang
Roh memberikan kuasa untuk mengadakan mujizat, dan kepada yang lain Ia
memberikan karunia untuk bernubuat, dan kepada yang lain lagi Ia memberikan
karunia untuk membedakan bermacam-macam roh. Kepada yang seorang Ia memberikan
karunia untuk berkata-kata dengan bahasa roh, dan kepada yang lain Ia
memberikan karunia untuk menafsirkan bahasa roh itu” (1 Kor 12:10). “Aku suka, supaya kamu semua berkata-kata
dengan bahasa roh, tetapi lebih dari pada itu, supaya kamu bernubuat. Sebab
orang yang bernubuat lebih berharga dari pada orang yang berkata-kata dengan
bahasa roh, kecuali kalau orang itu juga menafsirkannya, sehingga Jemaat dapat
dibangun. Sebab jika aku berdoa dengan bahasa roh, maka rohkulah yang berdoa,
tetapi akal budiku tidak turut berdoa. Aku mengucap syukur kepada Allah, bahwa
aku berkata-kata dengan bahasa roh lebih dari pada kamu semua. Jadi bagaimana
sekarang, saudara-saudara? Bilamana kamu berkumpul, hendaklah tiap-tiap orang
mempersembahkan sesuatu: yang seorang mazmur, yang lain pengajaran, atau
penyataan Allah, atau karunia bahasa roh, atau karunia untuk menafsirkan bahasa
roh, tetapi semuanya itu harus dipergunakan untuk membangun. Jika ada yang
berkata-kata dengan bahasa roh, biarlah dua atau sebanyak-banyaknya tiga orang,
seorang demi seorang, dan harus ada seorang lain untuk menafsirkannya” (1
Kor 14:5.14.18.26.27) Doa bahasa roh berguna untuk membangun diri sendiri dan
karunia bernubuat berguna untuk membangun jemaat. Bila bernubuat dalam bahasa
roh hendaklah ada orang yang menafsir agar bisa dimengerti dan berguna
membangun jemaat. Membangun jemaat yang baru agar terus menerus bertumbuh dalam
iman, harap dan kasih yang semakin dalam kepada Tuhan, sehingga Gereja awal itu
berdiri kokoh seperti kata Yesus: berdiri di atas batu wadas yang tak
tergoyahkan oleh kuasa manapun.
Salah
satu manfaat pemberian karunia-karunia istimewa ini adalah agar para pengikut Yesus
Kristus ini tetap berdiri teguh dalam iman kepada Tuhan sebab Yesus tahu apa
yang akan terjadi dengan para murid-NYA di kemudian hari bahkan sepanjang masa.
Maka dalam sabda perpisahan-NYA, Yesus berkata: “Lihat, saatnya datang, bahkan sudah datang, bahwa kamu diceraiberaikan
masing-masing ke tempatnya sendiri dan kamu meninggalkan Aku seorang diri.
Namun Aku tidak seorang diri, sebab Bapa menyertai Aku. Semuanya itu Kukatakan
kepadamu, supaya kamu beroleh damai sejahtera dalam Aku. Dalam dunia kamu
menderita penganiayaan, tetapi kuatkanlah hatimu, Aku telah mengalahkan
dunia." (Yoh 16:32-33). Meskipun Tuhan Yesus telah memberi jaminan
bahwa Ia telah mengalahkan dunia, namun tidak semua orang bisa bertahan bila
menghadapi tantangan dan penganiayaan yang terjadi dalam perjalanan dan perkembangan
Gereja. Karunia Roh Kudus-lah pelengkap istimewa yang bisa menguatkan hati
jemaat, hati kita. Maka karunia Roh Kudus hendaklah senantiasa diminta, ,
dihayati, dihidupkan dan dimanfaatkan sedemikian rupa sehingga membantu pelayanan
kita dalam meneruskan karya keselamatan ini.
Berikut saya
menulis beberapa manfaat karunia bahasa roh: Merupakan
suatu sarana komunikasi adikodrati dengan Tuhan. Komunikasi ini terjadi antar
roh yaitu roh manusia dan roh Tuhan. Karena Allah adalah Roh maka lebih efektif
berkomunikasi di dalam roh sebab manusia terdiri juga dari roh. I
Kor 14:2a: “Siapa berkata-kata dengan bahasa roh tidak berkata-kata kepada
manusia, tetapi kepada Allah.” Allah melampaui segala gagasan, ide atau konsep
kita karena Dia adalah Roh. Karena itu untuk berkomunikasi dengannya paling
baik di dalam roh.
a. Dapat menyampaikan kepada Allah
hal-hal yang tidak terungkapkan.
Jika
kita berdoa dengan bahasa yang dimengerti, seringkali kita tidak tahu harus
berdoa apa, bahkan mungkin kehabisan kata-kata. Dengan berdoa dalam bahasa roh
kita akan lebih mudah berdoa, karena Roh Kudus sendiri yang mengungkapkan
sesuatu yang tidak terungkapkan oleh diri kita sendiri.
- “Demikian
juga Roh membantu kita dalam kelemahan kita; sebab kita tidak tahu, bagaimana
sebenarnya harus berdoa; tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah
dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan” (Rm.8:26).
- “Oleh Roh ia mengucapkan hal-hal yang
rahasia” 1 Kor 14:2c.
Karena itu berdoa
dalam bahasa roh merupakan bentuk doa permohonan yang efektif.
Bila kita tidak tahu pasti apa yang harus diminta dalam doa, maka doa dalam
bahasa roh yang paling tepat.
b. Berdoa dalam bahasa roh merupakan
pintu masuk bagi kharisma yang lain.
- Bahasa roh sering disebut bahasa bayi.
Bayi yang berkomunikasi dengan orang-tuanya dengan bahasa yang tidak dapat
diterjemahkan tetapi dimengerti oleh orang tuanya. Berarti dengan berbahasa roh
kita berlaku seperti seorang bayi di hadapan Allah. Sebagaimana seorang bayi
hanya bergantung sepenuhnya pada orang tuanya, demikian pula kalau kita berdoa
dalam bahasa roh kita menjadikan diri kita seperti seorang bayi di hadapan
Allah yang hanya bergantung padaNya. Kalau kita bergantung sepenuhnya pada
Allah itu menunjukkan kerendahan hati kita pada Allah. Orang yang rendah hati
akan diberi karunia-karunia seperti air mengalir dari tempat tinggi ke tempat
rendah.
- Apabila kita berdoa dalam bahasa roh
berarti kita memasuki alam roh (alam adikodrati). Kalau roh kita memasuki alam
roh berarti roh kita akan dekat dengan roh ilahi yang menjadi sumber segala
karunia dan rahmat. Dengan demikian kharisma-kharisma yang lain dapat kita
peroleh dengan lebih mudah. Oleh karena itu di dalam pertemuan-pertemuan doa,
sesudah bernyanyi dalam bahasa roh kita akan mengalami keheningan yang dalam.
Pada saat itu jiwa kita memasuki alam roh dan memungkinkan pikiran kita
menerima signal-signal kharisma Allah. Demikian pula di dalam doa-doa
penyembuhan, setelah berdoa di dalam bahasa roh (berarti memasuki alam roh)
muncullah kharisma-kharisma yang lain mis: Sabda Pengetahuan Nubuat, dll.
c. Merupakan
senjata yang ampuh untuk melawan godaan atau tipu muslihat iblis.
d. Dapat
menghantar pada keheningan dan ketenangan yang mendalam.
e. Karunia
ini dapat merupakan tanda kehadiran Allah bagi mereka yang masih kurang imannya
bahkan bagi yang tidak beriman (belum dibaptis).
Maksudnya adalah pada orang yang masih kurang imannya atau bahkan orang belum
beriman, Allah dapat hadir. “Karena itu karunia bahasa roh adalah tanda,
bukan untuk orang yang beriman, tetapi untuk orang yang tidak beriman” (I.Kor
14:22a).
Untuk
itulah, maka Paulus hendak menerangkan antara berbahasa roh dibandingkan dengan karunia bernubuat (I
Kor.14:22) adalah sebagai berikut ini :
- Kis.10:45-46: Pada saat Petrus berkotbah pada
Kornelius, sanak saudara dan
sahabat-sahabatnya (ay.24b; 33b-44), maka turunlah Roh Kudus ke atas semua
orang yang mendengarkan pemberitaan itu (ay.44). Orang-orang itu (yang masih
kafir dan belum dibaptis (ay.47-48) berkata-kata dalam bahasa roh dan
memuliakan Allah (Kis.10:46).
- Kis.19:6:
Ketika Paulus di Efesus, dia mendapati beberapa orang murid (orang yang sudah
beriman). Paulus bertanya “Sudahkah kamu menerima Roh Kudus, ketika kamu
menjadi percaya?”. Mereka menjawab belum bahkan belum pernah mendengar Roh
Kudus. Dan ketika Paulus menumpangkan tangan di atas mereka, turunlah Roh Kudus
ke atas mereka, dan mulailah mereka berkata-kata dalam bahasa roh dan
bernubuat.
Kesimpulannya, Bahasa Roh dapat
merupakan tanda kehadiran Allah bagi orang yang belum beriman dan orang beriman
tetapi Nubuat merupakan tanda kehadiran Allah hanya pada orang yang beriman.
Dengan kata lain orang yang belum beriman dapat berbahasa roh tetapi tidak
dapat bernubuat, sedangkan orang beriman dapat berbahasa roh dan bernubuat.