Setiap
tahun selalu ada LSM yang mengeluarkan daftar tentang ranking kota yang bersih
di dunia sekaligus ranking kota yang jorok. Ranking ini tentu dilakukan melalui
penelitian ilmiah dan dapat dipertanggungjawabkan dengan tujuan tertentu,
antara lain untuk menjadi bahan berita bagi siapa saja yang ingin mengetahui
keadaan kota bersangkutan dan sekaligus mau mendorong semua "stake holder" di kota itu
agar berusaha menjaga atau meningkatkan usaha menjaga kebersihan kotanya. Kota
yang bersih dan indah dapat menarik para wisatawan dari manca negara sehingga
ia dapat menghasilkan devisa untuk kesejahteraan masyarakatnya.
St.
Yohanes Rasul dalam Kitab Wahyu hari ini tidak membuat laporan tentang ranking
suatu kota, tetapi ia bermimpi atau menciptakan sebuah visi bagi bangsa Israel
untuk menjadikan Yerusalem sebagai kota yang kudus dan berwibawa, di mana
setiap orang dalam kota itu berusaha taat pada hukum-hukum Tuhan: mencintai
kebenaran, berjuang untuk keadilan dan perdamaian, menjaga integritas dengan tekun
beribadat dan hidup saleh, memelihara solidaritas antar sesama manusia, sehingga
Yerusalem menjadi kota yang baru, menjadi Yerusalem surgawi. Yerusalem yang penduduknya
penuh dengan sukacita dan tawa ria; damai, aman dan tentram; tak ada kebencian
serta balas dendam, tak ada permusuhan dan peperangan, tak ada kejahatan dan
tipu daya; tak ada perjudian dan pelacuran. Kota di mana seluruh masyarakatnya
mencintai yang kudus, yang mulia sehingga selalu pantas di hadapan Tuhan dan
sesama, yang sehati sejiwa dalam memuji dan menyembah Tuhan.
Yohanes
rupanya lagi bersedih karena sudah sejak lama Yerusalem membanggakan dirinya
sebagai kota yang hebat dalam kesombongan, yang suka membunuh para nabi dan
utusan Tuhan, senang berpesta pora karena kehidupan para raja yang pongah, suka
menonjolkan diri di balik kemunafikan ahli taurat dan para pemuka agama, yang
tidak taat lagi kepada hukum-hukum Tuhan. Lalu Tuhan menghibur Yohanes dengan memperlihatkan
kepada-NYA tentang Yerusalem baru dengan keindahan ini: "Lalu, di dalam roh ia
membawa aku ke atas sebuah gunung yang besar lagi tinggi dan ia menunjukkan
kepadaku kota yang kudus itu, Yerusalem, turun dari sorga, dari Allah. Kota itu
penuh dengan kemuliaan Allah dan cahayanya sama seperti permata yang paling
indah, bagaikan permata yaspis, jernih seperti kristal. Dan temboknya besar
lagi tinggi dan pintu gerbangnya dua belas buah; dan di atas pintu-pintu gerbang
itu ada dua belas malaikat dan di atasnya tertulis nama kedua belas suku
Israel. Di sebelah timur terdapat tiga pintu gerbang dan di sebelah utara tiga
pintu gerbang dan di sebelah selatan tiga pintu gerbang dan di sebelah barat
tiga pintu gerbang. Dan tembok kota itu mempunyai dua belas batu dasar dan di
atasnya tertulis kedua belas nama kedua belas rasul Anak Domba itu".
(Why 21:10-14). Lukisan tentang Yerusalem baru ini adalah lukisan tentang
keindahan Kerajaan Allah yang bisa dinikmati oleh semua orang, tetapi oleh mereka
yang berkehendak baik, yang taat, jujur, tulus dan setia pada kehendak Allah,
yang sungguh mencintai Allah dan sesamanya, yang selalu berbuat baik dan suka
mengampuni serta memaafkan. Di dalam diri orang-orang ini terpancar cahaya
kemuliaan Allah yang sinarnya seperti permata indah yang menyinari semua orang
dengan hal-hal baik.
Tuhan
Yesus dalam amanat perpisahannya mengatakan bahwa landasan hukum dan landasan
operasional untuk mencapai segala keindahan seperti gambaran di atas hanyalah
CINTA KASIH, karena itu Ia bersabda: "Jika
seorang mengasihi Aku, ia akan menuruti firman-Ku dan Bapa-Ku akan mengasihi
dia dan Kami akan datang kepadanya dan diam bersama-sama dengan dia. (Yoh
14:23). Kalau ada cinta kasih, Bapa dan Putera akan tinggal di dalam diri orang
bersangkutan, dan Roh Tuhan pun bekerja mengingatkan seseorang supaya
melaksanakan kehendak Allah dengan baik.
Hal
yang baik menurut para murid Yesus bukan terletak pada hukum lahiriah yaitu
bahwa semua orang wajib disunat, melainkan sungguh-sungguh percaya akan Tuhan
dengan segenap hati, jiwa dan raga dan menjauhkan diri dari segala
kecenderungan yang jahat. Demikian penegasan Paulus dan Barnabas dalam konsili
di Yerusalem. Keputusan ini sungguh membebaskan bangsa-bangsa lain dari
halangan menjadi pengikut Yesus Kristus. Dengan demikian pertumbuhan jumlah
jemaat Kristiani pada masa permulaan berkembang begitu cepat (Kis 15:1-2. 22-29).
Apakah
di kotamu ada banyak pengikut Yesus Kristus atau tidak, tidak lagi menjadi
pertanyaan dasar untuk mengetahui subur tidaknya iman Kristiani. Sebagai
manusia ciptaan Tuhan, kita semua adalah citra Allah dan memiliki nafas
kehidupan Allah di dalam diri kita masing-masing apa pun agama yang kita anut.
Sebagai manusia yang percaya kepada Allah, terutama para pengikut Yesus Kristus,
bermimpi menjadikan kota tempat kediamanmu itu kudus dan berwibawa harus menjadi mimpi
kita bersama. Di mana kita meningkatkan semangat berbela rasa dengan sesama
yang menderita, mampu bekerja sama dengan semua pihak tanpa membedakan sara,
bergotong royong dalam meningkatkan kebersihan hati, jiwa dan raga dari hal-hal
tercela, membersihkan kotamu dari sampah jiwa dan raga, dan menciptakan
kerukunan dan kedamaian dalam rumah tangga, supaya Yerusalem surgawi itu harus sudah
mulai tercipta dan terwujud dalam hidup sekarang, hari ini dan esok, Amin…!