Menjadi hamba menurut Tuhan Yesus dalam wejangan-Nya hari ini berarti mau merendahkan diri untuk melayani siapa saja yang membutuhkan pelayanan. Dua orang bersaudara, Yakobus dan Yohanes, tergoda melihat pekerjaan Yesus. Mereka melihat Yesus demikian terkenal dan menjadi idola rakyat kecil di Israel. Kemana saja Dia pergi orang banyak berbondong-bondong mengikuti-Nya. Banyak orang berpikir bahwa kuasa yang ada pada-Nya sangatlah cocok kalau Yesus diangkat menjadi raja untuk melawan para penjajah Romawi yang saat itu menguasai Israel. Yesus pasti akan didaulat menjadi pemimpin baru Israel. Sebelum terlambat dua-duanya melamar minta jadi pendamping yang akan duduk sebagai "wakil dan sekretaris" Yesus. Ternyata lamaran keduanya salah alamat. Hal duduk di sebelah kiri kanan Yesus bukan urusan Tuhan Yesus tetapi urusan Bapa. Mendengar ini semua murid lain mempersalahkan kakak beradik ini (Mrk 10: 32-45).
Pekerjaan Yesus bukan menata kerajaan dunia seperti yang diinginkan kaum tertindas bangsa Yahudi saat itu melainkan mempersiapkan hati mereka untuk sama-sama menata Kerajaan Allah yang sudah dimulai dengan kehadiran-Nya, sebab Dia adalah utusan Allah yang datang dari surga. Ia adalah Mesias yang diutus untuk menyelamatkan umat manusia dari belenggu dosa dan maut. Untuk menata kerajaan-Nya semua orang harus bertobat dan siap memikul salib, rela meminum cawan bersama-Nya (rela menderita, disalib) seperti yang dinubuatkan-Nya. Seperti Dia yang rela menderita dan siap dibunuh namun yang akan bangkit lagi dari antara orang mati. Sebuah proses yang harus Dia lalui untuk menebus dosa manusia.
Guna memasuki proses ini seorang murid Tuhan hendaknya siap menjadi hamba dalam kerajaan-Nya, merendahkan diri seperti Dia yang telah turun dari surga dan telah menjadi hamba bagi semua orang yang datang kepada-Nya. Hamba yang selalu "stand by" dalam posisinya untuk melayani dan melayani tanpa batas waktu dan tanpa pamrih. Bagi seorang hamba yang bekerja dalam Kerajaan-Nya bukanlah mencari hormat, kuasa dan nama besar melainkan menjadi saksi untuk mengatakan Allah itu mahabaik dan maha belaskasih. Dia rela mengutus Putera-Nya untuk menyelamatkan manusia dari dosa dan kematian abadi, melalui salib dan kebangkitan-Nya.
Setelah menyaksikan semua yang telah dikerjakan Yesus dalam hidup dan karya-Nya, Petrus percaya bahwa semua perbuatan Tuhan ini adalah pemenuhan dari janji penebusan Allah atas umat pilihan-Nya. Oleh karena itu Petrus mengajak segenap umat-Nya agar selalu bersyukur atas karya agung ini, bersyukur atas Dia yang telah menebus umat-Nya bukan darah binatang tetapi darah-Nya sendiri. Tulis Petrus: "kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas, melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat. Oleh Dialah kamu percaya kepada Allah, yang telah membangkitkan Dia dari antara orang mati dan yang telah memuliakanNya, sehingga imanmu dan pengharapanmu tertuju kepada Allah". (1Ptr 1:18-19,21)
Menjadi hamba bagi semua merupakan tanda iman kita untuk mengambil bagian dalam pekerjaan Tuhan bukan dengan mencari kedudukan, nama dan kuasa tetapi siap melayani seperti hamba yang setia agar semua orang yang dilayani dapat menikmati rahmat keselamatan dari Tuhan.