Para
tentara yang ditugaskan ke medan perang demi membela negara atau demi tugas
kemanusiaan yang harus mereka lakukan, pada umumnya mereka tidak pernah
memikirkan keselamatan dirinya sendiri selain keselamatan mereka yang dibela
atau ditolong. Komitmen tentara adalah komitmen mati hidup untuk negara dan
sesama. Mental mereka sudah diasah menjadi pahlawan.
Disemangati
oleh kuasa Roh Kudus Paulus dalam perjalanan pewartaannya hanya memikirkan
tujuan dari pelayanannya, yaitu demi kemuliaan Tuhan dan demi keselamatan sesama
yang percaya akan Kristus oleh pewartaannya. Ketika dia ditangkap dan harus
pergi ke Yerusalem, setiba di Miletus ia menyuruh seseorang pergi ke Efesus
memanggil semua penatua agar datang ke Miletus untuk bertemu dengannya. Dalam wejangannya
kepada para penatua itu, Paulus mengenangkan kembali semua jerih payahnya dalam
karya pewartaan di tengah-tengah mereka, yaitu tentang ancaman pembunuhan yang
diterimanya, air mata pergumulannya, serta pengalaman batinnya akan Tuhan.
Oleh
Roh Kudus ia telah diberitahu tentang semua hal yang akan terjadi dengan
dirinya, bahwa ia akan menderita dan dipenjarakan. Namun ia berkata: “aku tidak menghiraukan nyawaku sedikit pun,
asal saja aku dapat mencapai garis akhir dan dapat menyelesaikan pelayanan yang
Tuhan Yesus kepadaku, untuk memberi kesaksian tentang Injil kasih karunia Allah”.
Namun ia berkata lagi: “aku bersih dan tidak tidak berbuat salah sedikitpun
terhadap siapapun” (bdk Kis 20:17-27). Sejak menerima Roh Kudus Paulus
bermental seperti seorang pahlawan. Ia tak pernah takut terhadap kuasa dunia
ini. Baginya, kematian itu merupakan suatu keuntungan, sebab ia tahu dengan
kematian ia akan segera bersatu dengan Kristus.
Dalam
perjamuan malam terakhir Yesus juga berdoa agar Bapa segera mempermuliakan Dia
agar Diapun mempermuliakan Bapa melalui salib yang akan diterima-NYA. Yesus
sengaja meminta itu dari Bapa-NYA supaya semua yang telah diberikan Bapa
kepada-NYA, yakni para murid dan orang-orang percaya segera tahu bahwa Ia
datang Bapa dan diutus oleh Bapa untuk keselamatan dunia serta segala isinya.
Dalam doa ini Tuhan Yesus tidak memikirkan lagi nyawa-NYA melainkan supaya tujuan segera terwujud dan Ia dapat menyelesaikan tugas-NYA dengan baik hingga mencapai garis akhir. Semangat
pengorbanan-NYA semakin kokoh justru di saat Ia hendak mencapai garis akhir
dari hidup dan karya-NYA. Kematian bagi-NYA adalah sebuah keuntungan bagi dunia
dan manusia, sebab keselamatan Tuhan semakin dekat dan nyata di dalam Dia (Yoh
17:1-11a).
Yesus
telah mewariskan semangat kepahlawanan-NYA kepada para murid-NYA. Namun hal itu
baru terjadi sesudah mereka menerima Roh Kudus. Ketika Paulus mengatakan: aku
tidak menghiraukan nyawaku asal aku mencapai garis akhir, pernyataan ini juga
berasal dari Roh Kudus. Demikian pun semangat yang ada dalam diri para rasul
lainnya. Semuanya terjadi karena Roh Kudus, Penghibur dan Penolong, serta Pengajar Kebenaran.
Roh
Kudus tolonglah aku agar aku memiliki sikap seperti Yesus serta para rasul dan
para kudus, supaya aku mampu mempertaruhkan hidupku untuk Tuhan dan sesama hingga
mencapai garis akhir dari perjuangan ini.