Kalau kita ingin membayangkan bagaimana buruknya
keadaan negara-negara yang sedang mengalami perang saudara atau perang antar negara,
mungkin tak dapat kita lukiskan dengan kalimat panjang-panjang selain berkata
sambil menggelengkan kepala: menyedihkan,
jahat, mengenaskan atau bagai tulang-tulang yang kering. Mengapa berkata demikian?
Sebab pasti kita tidak tahan melihat mayat-mayat bergelimpangan di jalan-jalan
serta bau busuk yang menyengat hidung karena mayat-mayat yang tidak dikburkan,
adanya reruntuhan gedung-gedung, terdengar dentuman meriam dan bom dari
mana-mana, para pengungsi lari tak tentu arah, kelaparan muncul di mana-mana,
ratap tangis memilukan dari orang-orang yang kehilangan sanak keluarga dll.
Situasi seperti gambaran di atas itulah yang
dialami bangsa Israel di tempat pembuangan Babilon. Menyedihkan, mengenaskan
atau bagai tulang-tulang yang kering. Karena kesedihan itu Tuhan pun membuka
rahmat belas kasih-Nya untuk memulihkan keadaan yang buruk menjadi baik. Melalui nubuat Yehezkiel, Tuhan bersabda: : "Bernubuatlah mengenai tulang-tulang
ini dan katakanlah kepadanya: Hai tulang-tulang yang kering, dengarlah firman
TUHAN! Beginilah firman Tuhan ALLAH kepada tulang-tulang ini: Aku memberi nafas
hidup di dalammu, supaya kamu hidup kembali. Aku akan memberi urat-urat padamu
dan menumbuhkan daging padamu, Aku akan menutupi kamu dengan kulit dan memberikan
kamu nafas hidup, supaya kamu hidup kembali. Dan kamu akan mengetahui bahwa
Akulah TUHAN." Dari tulang yang kering itu akan tumbuh lagi daging,
urat lalu kulit dan terbentuklah manusia yang hidup seperti sedia kala. Inti dari
nubuat ini tidak lain dari pada pemulihan bagi bangsa terbuang. Israel akan
kembali ke Yerusalem, negeri asal mereka, sesudah terjadi pembaharuan. Nubuat ini
kemudian terpenuhi dalam waktu yang tidak terlalu lama. Israel dipulihkan (Yeh
37:1-14)
Bila hidup sudah diperbaharui dan
menjadi pulih, ada tanda-tanda pertobatan yang nyata maka hukum pertama dan utama,
yaitu hukum cinta kasih hendaknya dijadikan sumber dari segala hukum yang lain.
Tanpa cinta kasih hidup ini menjadi semu dan berantakan. Karena cinta akan
tampak rahmat Tuhan, karena cinta akan tercipta damai lestari, karena cinta akan
tampak persaudaraan saling menolong, saling berbagi dalam kekurangan, karena
cinta maka akan ada sukacita, karena cinta hidup menjadi lebih penuh dan tampak
berguna. Cinta itu bagaikan lilin bernyala yang menerangi kegelapan malam.
Karena itu ketika seorang ahli Taurat
mau mencoba jawaban Yesus atas pertanyaan: hukum mana terbesar dalam Taurat? Jawab
Yesus kepadanya: "Kasihilah Tuhan,
Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap
akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua,
yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri”
(Mat 22:34-40) Karena cinta hati
yang kering menjadi larut dalam kerinduan akan Tuhan dan sesama yang dikasihi,
karena cinta peperangan akan berhenti, karena cinta segala situasi buruk dalam
relasi akan dipulihkan, karena cinta peperangan akan berhenti, karena cinta
tulang yang kering akan berisi daging dan sum-sum yang baru.
Jangan membiarkan tulang itu kering
karena marah, benci dan dendam lalu bermusuhan, tetapi kalahkan semua itu
dengan cinta yang senantiasa bernyala !