Joy, anak cerdas berdebat dengan gurunya
yang atheis. Guru itu bilang, saya tidak melihat Allah karena itu saya tidak
percaya kepada Allah. Joy pun balik bertanya kepada gurunya: apakah pak percaya
adanya oxygen? Ya, saya percaya, karena oxygen membuat kita hidup dan bernafas,
jawab gurunya? Joy bertanya lagi: apakah pak bisa melihat oxygen? Jawab guru:
saya tidak bisa melihatnya, hanya percaya oxygen itu ada. Demikian pun kami,
kami tidak bisa melihat Tuhan, tetapi kami percaya bahwa Tuhan yang memberi
kami hidup dan kehidupan. Gurunya itu terdiam dan merenung!
Kata Kitab Ibrani bacaan kedua hari ini:
“Iman adalah dasar dari segala sesuatu
yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat. Sebab
oleh imanlah telah diberikan kesaksian kepada nenek moyang kita. Karena iman
kita mengerti, bahwa alam semesta telah dijadikan oleh firman Allah, sehingga
apa yang kita lihat telah terjadi dari apa yang tidak dapat kita lihat”......(Ibr
11:1-2.8-19). Dalam hidup kita sebagai manusia ada banyak harapan yang dikobarkan untuk meraih cita-cita, dasar untuk
berharap tidak lain adalah iman, karena kita percaya yang menyediakan segala
yang kita harapkan itu adalah Tuhan sendiri. Ketika kita bertanya dari mana
asal segala sesuatu yang ada di bumi? Jawabannya adalah Tuhan. Mengapa kita katakan
demikian? Jawabannya karena iman.
Keyakinan tentang adanya kuasa yang
mahatinggi di atas manusia dan segenap ciptaan yang ada di bumi ini telah ada dalam diri para leluhur kita sejak
awal mula. Keyakinan ini menjadi semakin jelas ketika adanya cerita panggilan
Abram menjadi bapa bangsa Israel dalam kitab Kejadian bab 12, yang pindah dari
Uhr ke tanah terjanji. Cerita tentang iman Abraham ini menjadi rujukan istimewa
bagi penulis Kitab Ibrani.
Tentang adanya keyakinan akan peran dari
yang mahatinggi itu, kitab Kebijaksanaan dari bacaan pertama mengatakan: “Diam-diam anak-anak suci dari orang yang
baik mempersembahkan korban dan sehati membebankan kepada dirinya kewajiban
ilahi ini: orang-orang suci sama-sama akan mengambil bagian baik dalam hal-hal
yang baik maupun dalam bahaya. Dalam pada itu sebelumnya sudah mereka
dengungkan lagu-lagu pujian para leluhur” (Keb 18:6-9). Penulis kitab ini tampaknya
mau menggarisbawahi keyakinan yang sama bahwa di atas semua makhluk ciptaan ini
ada kuasa yang mahatinggi yang sudah disembah oleh para leluhur kita.
Kedatangan Yesus Kristus mempertegas
keyakinan kita akan kehadiran yang mahatinggi itu. Ia mengajarkan kita bahwa
Yang Mahatinggi itu bukan saja disebut Allah, melainkan Bapa, yang dekat dan hadir
serta merasakan sendiri suka duka kehidupan manusia. Guna mengatasi segala rasa
cemas, kuatir dan takut kita akan segala hal, di awal bacaan Lukas hari ini,
Yesus bersabda: “Janganlah takut, hai
kamu kawanan kecil! Karena Bapamu telah berkenan memberikan kamu Kerajaan itu”.
Kita berdiam dalam sebuah Kerajaan yang dipimpin Tuhan sendiri, kerajaan
yang melampaui surga dan bumi, kerajaan yang tak berkekurangan apa pun. Karena itu
jangan kuatir terhadap segala kekurangan, sebab Tuhan sendiri akan mencukupkan
segala sesuatu yang kita perlukan.
Abram pergi hanya membawa sedikit dari
negeri asalnya, tetapi ketika ia mengabdi kepada Tuhannya, di tanah terjanji ia
mengumpulkan banyak dan memberi banyak. Tetapi imannya akan Allah tidak bergantung
pada harta yang dia miliki melainkan pada pengharapan akan kesetiaan Allah atas
janji-janjiNya serta pemeliharaan-Nya yang menakjubkan !