Ketika membaca riwayat panggilan orang-orang
terpilih dalam Kitab Suci, baik perjanjian lama maupun perjanjian baru, kita
berkesimpulan bahwa mereka yang dipanggil itu justru orang-orang yang lemah dan
tak berdaya di mata dunia. Abraham dipanggil ketika sudah berusia lanjut tak
punya anak, Musa dipanggil sesudah melarikan diri karena takut dibunuh sebab ia
sudah membunuh orang, Daud dipanggil menjadi raja saat masih remaja, Bunda
Maria dipilih dari keluarga petani sederhana di kota Nazareth, demikianpun
Yohanes Pembaptis, para rasul, dll.
Tujuan panggilan orang-orang lemah ini
menurut St. Paulus: “Menurut ukuran
manusia tidak banyak orang yang bijak, tidak banyak orang yang berpengaruh,
tidak banyak orang yang terpandang. Tetapi apa yang bodoh bagi dunia, dipilih
Allah untuk memalukan orang-orang yang berhikmat, dan apa yang lemah bagi
dunia, dipilih Allah untuk memalukan apa yang kuat, dan apa yang tidak
terpandang dan yang hina bagi dunia, dipilih Allah, bahkan apa yang tidak
berarti, dipilih Allah untuk meniadakan apa yang berarti, supaya jangan ada
seorang manusia pun yang memegahkan diri di hadapan Allah”. Orang lemah dipanggil untuk menunjukkan
kepada manusia bahwa apa yang terjadi dalam sejarah perjanjian lama dan baru
bukanlah rancangan manusia melainkan sungguh-sungguh rancangan atau rencana
Allah.
Peristiwa mujizat Yesus membangkitkan
pemuda yang mati, anak seorang janda, seperti cerita Lukas dalam Injil itu juga
terjadi pada orang-orang sederhana dan lemah. Tuhan prihatin pada yang lemah
dan mau mengangkat yang lemah untuk menunjukkan kuasa-Nya yang besar (Luk
7:11-17). Mungkin dalam hidup ini kita
sering menyesali hidup kita yang terpuruk akibat keadaan ekonomi yang pas-pasan
saja, atau strata pendidikan kita yang standar, atau kelemahan tertentu yang
selalu terulang, atau latar belakang keluarga kita yang tidak terpandang.
Akibatnya kita tidak percaya diri dan menghayati hidup yang minimalis dalam
segala bidang. Tidak bergairah dan kurang beriman dan tak punya visi yang
besar. Pandangan dan penghayatan hidup seperti ini justru membuat kita gagal
untuk mewujudkan rencana Tuhan yang besar dalam hidup ini.
St. Monika yang pestanya diperingati
hari ini, hidup dalam tekanan batin yang amat berat karena suami dan anaknya
hidup di luar kehendak Tuhan. Tekanan itu tidak membuatnya putus asa, tetapi
mendorong dia untuk bertekun dalam doa. Hasil doanya: anaknya Agustinus
bertobat, demikian juga suaminya. Doa orang yang lemah diperhatikan Tuhan !