Saat membaca bacaan pertama hari ini,
saya teringat akan tulisan pemazmur yang menilai Taurat itu sangat sempurna,
menyegarkan jiwa dan memberi hikmat yang luar biasa. Maka setiap orang yang
sungguh-sungguh menghayati sabda yang berisi Taurat itu, akan hidup di bawah
bimbingan serta rasa takut akan Tuhan, sehingga kehidupan itu terasa manis
bahkan lebih manis dari pada madu tetesan dari sarang lebah (bdk Mzm 19).
Kata Tuhan kepada nabi Yehezkiel: "Hai anak manusia,......makanlah gulungan
kitab ini dan pergilah, berbicaralah kepada kaum Israel." Maka kubukalah mulutku
dan diberikan-Nya gulungan kitab itu kumakan. Lalu firman-Nya kepadaku:
"Hai anak manusia, makanlah gulungan kitab yang Kuberikan ini kepadamu dan
isilah perutmu dengan itu." Lalu aku memakannya dan rasanya manis seperti
madu dalam mulutku”. (Yeh 3:1-3). Dalam gulungan kitab itu terdapat sabda
Tuhan yang harus diterima oleh Yehezkiel dan sebelum ia mewartakannya ia harus
menyerahkan dirinya kepada kehendak Tuhan. Sekalipun berita yang disampaikan nabi
itu adalah warta penderitaan dan kebinasaan akibat dosa mereka, tetapi bagi
nabi sabda itu terasa seperti madu yang manis, sebab ia sendiri menghargai
sabda itu, menerima dan menghayatinya, lalu mewartakannya kepada seluruh
bangsa. Itu berarti orang yang hidup di bawah kehendak Tuhan sajalah yang bisa
merasakan manisnya sabda sebagai penuntun kehidupan.
Manfaat sabda Tuhan bagi kehidupan kita
sebagai orang kristiani menurut Injil hari ini: Pertama: membangun semangat kerendahan hati, selalu mau menjadi
seperti seorang anak kecil di hadapan Allah dan hidup dalam pertobatan terus
menerus. Kedua, membangun keyakinan
bahwa Tuhan itu mencintai siapa saja terutama orang-orang yang berdosa dan Ia akan
selalu mencari yang berdosa seperti mencari domba yang hilang. Ketiga, rumah kediaman Allah disediakan
bagi mereka yang bertobat dan kembali kepada-Nya. (bdk Mat 18:1-5.10.12-14). Tiga
pokok pemikiran dasar ini, hemat saya, menjadi janji manis Tuhan atas setiap pribadi
yang percaya dan hidup menurut kehendak-Nya.
Dalam hidup ini banyak orang yang merasa
tuntutan menjadi pengikut Kristus itu amat sukar sebab menuntut terlalu banyak
kasih dan pengorbanan. Mereka mengatakan tuntutan seperti itu hanya bisa
dijalankan oleh orang-orang yang sudah mapan hidupnya atau orang-orang yang
menerima rahmat khusus. Akan tetapi jika kita semua percaya bahwa panggilan
hidup Kristiani itu terarah kepada kekudusan dan bertujuan mencapai
keselamatan, maka tidak ada kata dan jalan lain untuk mencapai itu semua,
selain dari pada mau mendengar sabda Tuhan, menerima dan menghayatinya,
berserah kepada kehendak-Nya lalu hidup di bawah tuntunan-Nya. Dengan demikian
sabda itu akan selalu terasa manis di mulut, manis di hati dan manis juga dalam
hasil yang dicapai dalam karya-karya kita.
Membaca,
belajar dan menghayati sabda Tuhan setiap hari, bukanlah suatu pekerjaan yang
sia-sia tanpa makna dan tujuan, tetapi sebuah pekerjaan yang mengarahkan seluruh
hidup dan karya kita ke dalam pemikiran Tuhan yang dahsyat dan ajaib!