Ungkapan pujian seperti kata-kata di
atas seringkali disampaikan oleh para guru kepada murid-muridnya yang
berprestasi, oleh pemimpin kepada bawahan yang bekerja bagus dan sukses, oleh
orang tua kepada anak-anaknya yang pintar dan tertib serta berhasil dalam studi
atau dalam hal-hal lainnya. Ungkapan pujian umumnya selalu mendorong orang lain
untuk terus berprestasi.
St. Paulus dalam suratnya kepada jemaat
di Tesalonika memuji mereka karena: iman mereka
semakin teguh dan kasih persaudaraan mereka bertambah kokoh, Mereka juga
tabah di saat menghadapi penganiayaan dan penindasan. Untuk itu Paulus pun
berdoa: semoga kekuatan Allah menyempurnakan segala pekerjaan iman jemaat ini
selanjutnya. Prestasi dalam mempertahankan iman ketika sanggup menghadapi penganiayaan
dan penindasan, bukanlah sebuah prestasi biasa tetapi sebuah “sikap martyria”
yang mengandung ciri kepahlawanan untuk mempertahankan iman akan Allah dalam
kesatuan Gereja yang kudus. Sikap seperti ini patut diapresiasi oleh Paulus guna
membesarkan hati hati jemaatnya dan mereka tetap bertekun dalam kesaksian hidup
mereka untuk Kristus (2 Tes 1:1-5.11b-12)
Sebaliknya dalam Injil hari ini Matius
menulis kecaman Yesus kepada kaum Farisi dan ahli Taurat karena tindakan mereka
yang jahat atas umatnya sendiri dan tidak memberikan contoh yang menyenangkan.
Mereka munafik, tampak saleh dalam penampilan ternyata ada kejahatan
tersembunyi yang mereka lakukan. Kecaman-kecaman ini menunjukkan bahwa Tuhan
tidak bersikap kompromi terhadap kejahatan, walaupun Ia menyayangi pendosa yang
bertobat. Allah menolak segala bentuk kejahatan, sebab kejahatan bertentangan
dengan kebenaran dan kesalehan. Setiap orang yang menamakan dirinya sebagai
anak Allah, orang pilihan Allah hendaknya secara radikal menolak kejahatan,
apakah itu kejahatan kata-kata dalam bentuk sumpah palsu ataukah itu dalam
bentuk perbuatan, semisal berpura-pura saleh dalam doa (Mat 23:13-22).
Kita semua berbangga bila menyaksikan
kesaksian iman orangtua kita, anak-anak kita atau para tetangga atau
orang-orang lain serta para kudus melalui riwayat hidup mereka yang kita baca.
Dunia membutuhkan kesaksian hidup yang benar, apalagi pada zaman ini, di mana
kepalsuan dan kemunafikan telah menjadi ciri khas sebagaian besar moralitas
hidup manusia. Adalah langkah bahkan sukar mendapatkan orang-orang yang
memiliki semangat keteladanan yang baik. Banyak orang kehilangan suara hati
yang baik, karena itu tidak tergerak untuk memberi teladan yang baik. Semoga kita masih termasuk dalam kategori
orang-orang baik dan bisa memberi teladan yang baik.