Akhir-akhir ini pemerintah Republik
Indonesia sedang giat-giatnya meningkatkan pemasukan Negara pada sektor pajak,
supaya pemerintah mempunyai cukup modal untuk membangun apa saja yang
dibutuhkan oleh seluruh rakyatnya. Sejak awal berdirinya Negara ini, seluruh
rakyat sudah diwajibkan membayar pajak, tetapi masih tersandung banyak masalah.
Ketika masalah ini tidak diselesaikan dengan baik tunggakan pajak menumpuk atau
ketika pajaknya bisa digenjot, uang pajak itu tenggelam di dalam badai yang tak
jelas ujung pangkalnya, akibatnya keuangan Negara tidak mampu membiayai semua
anggaran pembangunannya. Dilihat dari sumber daya alam dan sumber daya
manusianya, Indonesia sesungguhnya termasuk sebuah negeri yang sangat kaya
ketimbang negeri lain tetapi karena sejak lama sudah terbentuk lingkaran setan
dalam bidang perpajakan serta bidang lainnya dll maka kemajuan itu berjalan
sangat lamban.
Hari ini Yesus dan para murid-Nya
diganggu oleh seorang yang menggugat tentang kewajiban membayar pajak. Orang
itu bertanya: "Apakah gurumu tidak membayar bea dua dirham itu?"
Petrus menjawab: memang membayar ! Selanjutnya terjadilah dialog antara Yesus
dan Petrus tentang pajak. Akhirnya Yesus memutuskan supaya Petrus pergi ke
danau untuk memancing ikan. Dalam mulut ikan itu akan terdapat dua dirham yang
boleh dipakai untuk membayar pajak itu, sehingga mereka tidak menjadi batu
sandungan dalam hal kewajiban pajak. Apakah peristiwa ini terjadi secara ajaib ataukah
ikannya dijual lalu dibayar dua dirham oleh pembelinya, bukan masalah. Yang
penting bahwa mereka harus memenuhi kewajiban terhadap Negara harus membayar
pajak (Mat 17:22-27).
Jika kita menghubungkan peristiwa ini
dengan cerita Yesus dijebak pertanyaan oleh murid-murid orang Farisi dan
orang-orang Herodian dalam hal kewajiban membayar pajak, saat itu dengan tegas Yesus
menjawab: "Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada
Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah." Dalam
hal ini Yesus mengakui pemerintahan duniawi dan segala kewajiban rakyat
terhadap pemerintah, apalagi pajak. Semua orang hendaknya tidak menjadi batu
sandungan bagi siapa saja apalagi dalam hal kewajiban terhadap Negara, sebab
semua yang dikumpulkan untuk kepentingan Negara atau juga Gereja adalah untuk
kemajuan bersama. Ketika seseorang tidak memenuhi kewajibannya, baik terhadap Negara
maupun terhadap Gereja, itulah yang disebut batu sandungan, menjadi contoh yang
tidak mencerminkan semangat ketaatan dan solidaritas.
Pemerintahan duniawi yang terbentuk di
semua negara di dunia ini pasti terjadi karena kehendak Allah. Ia terbentuk
untuk mengatur tata tertib hidup manusia agar bisa menikmati damai sehingga
segenap umat manusia bisa berjalan bersama menuju satu tujuan bersama, yaitu hidup
bersama Allah dalam kerajaan-Nya. Bagaimana kerajaan Allah itu, nabi Yehezkiel
telah melukiskan penglihatannya seperti yang kita dengar dalam bacaan pertama
hari ini (bdk Yeh 1:2-5.24-2:1a).
Segala kewajiban yang baik untuk
kemajuan Negara dan kesejahteraan seluruh rakyatnya adalah keharusan bagi
setiap warga Negara. Apakah kewajiban itu akan dipakai dengan baik atau tidak
sesuai tujuan pemberiannya, yang terpenting kita jujur dan tidak menjadi batu
sandungan bagi siapa pun !