Merasa ragu atau bimbang adalah
kelemahan yang menghampiri semua insan di dunia ini, sebab manusia dikandung
dalam dosa yang berasal dari kerapuhan asal usulnya. Rapuh seperti bejana tanah
liat, kata St. Paulus. Menurut kamus bahasa Indonesia bimbang berarti: merasa
tidak tetap hati (kurang percaya); ragu-ragu, merasa kuatir, cemas atau sangsi.
Dalam hubungan dengan kehidupan iman, bimbang itu termasuk salah satu kendala bertumbuhnya
iman akan Tuhan. Sedangkan dalam hubungan dengan relasi antar manusia, bimbang
itu menjadi penghalang untuk saling percaya terhadap satu sama lain.
Thema “Mengapa engkau bimbang”, yang
kita renungkan hari ini adalah pertanyaan Yesus kepada Petrus. Yesus berjalan
di atas air pada jam 3 subuh, mendekati perahu yang ditumpangi para murid. Ketika
menyaksikan peristiwa itu para murid menyangka Dia hantu. Yesus menjawab
mereka: Ini aku, jangan takut! Lalu Petrus menguji jawaban Yesus dengan meminta
Yesus agar dia bisa berjalan di atas air hingga mendapatkan Yesus. Yesus menyetujui
jawaban itu. Beberapa meter Petrus pun mulai berjalan di atas air tetapi
kemudian tenggelam. Yesus menegur Petrus: mengapa
engkau bimbang? Petrus tenggelam karena bimbang. Iman Petrus akan
terjadinya mujizat di sini berkurang atau terhalang karena rasa bimbang yang mengganggunya.
Bimbang membuat seseorang ragu untuk melangkah lebih jauh atau mencoba untuk
maju dalam sebuah keputusan atas sebuah pilihan. Bimbang membuat seseorang
hidup mengambang tanpa semangat untuk mencapai suatu prestasi. Bimbang membuat
seseorang merasa kurang nyaman dan akhirnya tenggelam seperti Petrus.
Akibat meragukan peran Tuhan dalam hidup
ini, bangsa Israel mengalihkan imannya pada dewa dewi bangsa asing dan jatuh
dalam dosa. Dosa menimbulkan banyak penderitaan. Lalu mereka menilai penderitaan
itu disebabkan oleh murka Tuhan. Kita perhatikan nubuat Yeremia berikut ini: “Penyakitmu sangat payah, lukamu tidak
tersembuhkan! Tidak ada yang membela hakmu, tidak ada obat untuk bisul,
kesembuhan tidak ada bagimu! Semua kekasihmu melupakan engkau, mereka tidak
menanyakan engkau lagi. Sungguh, Aku telah memukul engkau dengan pukulan musuh,
dengan hajaran yang bengis, karena kesalahanmu banyak, dosamu berjumlah besar”
(Yer 30:12-14). Ini pandangan manusia perjanjian lama.
Derita sesungguhnya efek domino dari
sifat dan tindakan yang salah dari manusia itu sendiri. Tuhan membiarkan
penderitaan terjadi supaya melalui jalan itu manusia menjadi sadar kembali akan
dosa-dosanya dan kiranya mau bertobat. Bila pertobatan terjadi maka ini janji
Tuhan selanjutnya melalui Yeremia: “Sesungguhnya,
Aku akan memulihkan keadaan kemah-kemah Yakub, dan akan mengasihani
tempat-tempat tinggalnya, kota itu akan dibangun kembali di atas reruntuhannya,
dan puri itu akan berdiri di tempatnya yang asli. Nyanyian syukur akan
terdengar dari antara mereka, juga suara orang yang bersukaria. Aku akan
membuat mereka banyak dan mereka tidak akan berkurang lagi; Aku akan membuat
mereka dipermuliakan dan mereka tidak akan dihina lagi” (Yer 30:18-19)
Merasa bimbang terhadap kebaikan, kebesaran
dan kuasa Tuhan bisa menenggelamkan kita ke dalam dosa, seperti Petrus yang
tenggelam di hadapan Yesus yang berjalan di atas air !