Dalam relasi antar personal, manusia
melakukan banyak perjanjian, misalnya perjanjian kerja sama dalam bidang ekonomi khususnya perdagangan,
perjanjian kerja sama dalam hal keamanan, dalam bidang pendidikan dan
kesehatan, seni dan budaya, dan juga dalam membangun hidup berkeluarga
dll. Apa yang mendorong kerja sama dengan perjanjian ini? Jawabannya, tidak lain
dari pada kebutuhan manusia sebagai makhluk sosial, manusia membutuhkan sesama
untuk melengkapi kekurangannya atau menyempurnakan kelebihannya agar semakin
berprestasi dalam hidup dan karyanya.
Dalam hal kerja sama ini manusia diikat
oleh perjanjian-perjanjian, atas dasar saling percaya dan kesetiaan menepati
janji. Sehubungan dengan perjanjian ini ada banyak orang yang sungguh dipercaya
karena setia janji, namun tidak kurang juga orang yang sulit dipercaya karena
sering bermain dengan janji benar dan janji bohong, lebih dari pada itu cukup
banyak orang yang sungguh tidak setia janji karena mereka termasuk golongan
para penipu. Akibatnya, hubungan kerja sama itu menjadi berantakan atau putus
di tengah jalan dan menimbulkan banyak kerugian, kesukaran dan pebagai macam perkara.
Hubungan bangsa terpilih dengan Tuhan
diikat oleh perjanjian sejak Adam dan Hawa berdosa, yang kemudian dilanjutkan
dengan Nuh, Abraham, Isaak dan Yakub dan seterusnya dalam garis keturunan
bangsa terpilih. Dalam perjalanan sejarah bangsa terpilih ini, pihak yang
selalu ingkar janji adalah bangsa Israel. Salah satu kenyataan tentang sikap
tidak setia janji dari bangsa ini seperti disampaikan dalam bacaan pertama hari
ini. Melalui nabi Yehezkiel, Tuhan mengungkapkan perasaan kecewanya dengan
bersabda: “Namamu termasyhur di antara
bangsa-bangsa karena kecantikanmu. ....Tetapi engkau mengandalkan kecantikanmu
dan engkau seumpama bersundal dalam menganggarkan ketermasyhuranmu dan engkau
menghamburkan persundalanmu kepada setiap orang yang lewat”. (Yeh 16:14-15).
Ketidaksetiaan Israel dilukiskan dengan gaya bahasa pujian tetapi kritis tajam
menusuk perasaan malu. Israel cantik dan masyhur tetapi sundal, sebab mereka
telah mencondongkan hatinya menyembah dewa-dewi asing. Israel ingkar janji!
Dalam pengajaran Yesus hari ini, Tuhan
Yesus menggambarkan ketidaksetiaan manusia dalam hubungan perkawinan. Banyaknya
perceraian dalam keluarga tidak lain karena salah satu pihak atau kedua belah
pihak sama-sama tidak setia pada janji perkawinan mereka. Meskipun hukum perkawinan
berbunyi “apa yang dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia”, namun
dalam kenyataannya tetap saja ada peceraian karena dosa ingkar janji itu (bdk
Mat 19:3-12). Akibatnya banyak keluarga menderita dan sibuk dengan pelbagai
perkara yang menyusahkan.