Bila kita ditanya kuasa mana yang paling
tinggi di antara dua pribadi di atas? Kuasa Allah ataukah kaisar? Jawabannya
pasti kuasa Allah, sebab Allah itu Pencipta langit dan bumi serta segala isinya. Akan tetapi Tuhan Allah tidak bekerja
sendirian, Allah membutuhkan manusia dengan kekuasaannya untuk mengatur tata
tertib hidup manusia itu melalui pemerintahan di bumi, maka manusia diberi
ilham untuk membentuk pemerintahan yang disebut kekaiseran, kerajaan, negara
dll. Kaisar, raja, presiden dst diberi kuasa untuk menata pemerintahan duniawi
melalui undang-undang dan peraturan-peraturan,
mulai dari tingkat pusat sampai ke tingkat yang paling rendah di dalam
wilayah kekuasaannya. Dalam tata pemerintahan itu rakyat memiliki hak azasi
serta hak-hak lainnya tetapi juga kewajiban-kewajiban untuk menghidupkan
negeri.
Dalam masa hidup Yesus Israel dipimpin
seorang raja bernama Herodes di bawah kekuasaan kekaisaran Romawi. Setiap orang
yang hidup di Israel memiliki kewajiban membayar pajak sesuai peraturan
pemerintahan raja dan kaisar. Yesus pasti tahu akan kewajiban itu. Dalam
hubungan dengan bacaan hari ini, musuh-musuh Yesus ingin menjerat Yesus dengan
pertanyaan dilematis, supaya mereka punya alasan untuk menangkap dan
mendakwanya: “Apakah boleh membayar
pajak kepada kaisar atau tidak?” Jebakan para Herodian itu justru membuat
mereka sendiri mati kutu dan malu sendiri. “Apa
yang menjadi milik Allah berikan kepada Allah dan milik kaisar kepada kaisar”, jawab
Yesus dengan mantap. Mereka pergi meninggalkan Yesus tanpa komentar (Mat
22:15-21).
Tak satupun dari anak manusia yang
berstatus rakyat dari sebuah kekaiseran, kerajaan atau negara luput dari
kewajiban terhadap negerinya. Maju mundurnya sebuah negeri dan bangsanya bukan
saja tergantung pada baik tidaknya para pemimpinnya melainkan juga pada tinggi
rendahnya partisipasi anak negeri kepada negerinya itu. Misalnya, pajak yang
merupakan hak Kaiser dan negeri harus dibayar oleh setiap wajib pajak. Jawaban Yesus
tepat! St. Petrus dalam suratnya hari ini menegaskan kembali jawaban Yesus
dengan mengatakan: “Tunduklah, karena
Allah, kepada semua lembaga manusia, baik kepada raja sebagai pemegang kekuasaan
yang tertinggi, maupun kepada wali-wali yang diutusnya untuk menghukum
orang-orang yang berbuat jahat dan menghormati orang-orang yang berbuat baik. Sebab
inilah kehendak Allah, yaitu supaya dengan berbuat baik kamu membungkamkan
kepicikan orang-orang yang bodoh” (bdk 1 Petr 2:13-17).
Ketika kita memenuhi kewajiban kita
terhadap negeri dan pemerintahannya, maka atas dasar azas demokrasi setiap
rakyat berhak menuntut pemerintahnya untuk memimpin dengan adil dan jujur, agar setiap
anak negeri beroleh sejahtera lahir dan batinnya. Kalau kita bertanya tentang
rencana Tuhan, hemat saya tak perlu diragukan lagi. Rencana Tuhan sudah jelas sejak
awal penciptaan dunia ini, pun sesudah manusia jatuh ke dalam dosa:
KESELAMATAN! Akan tetapi rancangan itu tidak otomatis diterima manusia. Setiap anak
manusia juga mempunyai kewajiban pokok terhadap Tuhannya, “berikan kepada Allah apa yang menjadi milik Allah” yakni dengan: "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan
segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu,
baik dengan perkataan maupun dengan perbuatan”!
Dalam hubungan dengan peringatan hari
kemerdekaan Republik Indonesia ke 71 hari ini, ada baiknya kita membaharui kembali
janji kita kepada negeri ini dan pemerintahnya, terutama menyangkut kewajiban
kita untuk mengambil bagian memajukan bangsa dengan bekerja dan bekerja, sesuai
dengan semangat dan semboyan Kabinet Kerja Presiden Jokowi, sambil memohon kepada
Tuhan agar kita semua dipenuhi semangat kerja sama yang baik, mempertahankan
semboyan Bhineka Tunggal Ika atas dasar Pancasila dan UUD ‘45!