Hampir setiap hari kita berjumpa dengan
orang yang bersedih hatinya ketika harapan dan permohonan mereka tidak atau
belum dikabulkan, misalnya: kalau novena belum dikabulkan, bila sakit belum
juga sembuh, bila belum lulus ujian dan belum selesai skripsi, bila pernyataan
cinta ditolak, bila harapan akan mendapat hadiah tidak terpenuhi dsb.
Orang muda dalam Injil hari ini pergi
dengan sedih hati ketika harapan yang disampaikannya kepada Yesus tidak sanggup
dia penuhi. Dia datang kepada Yesus dan bertanya: “perbuatan baik yang harus
kulakukan untuk memperoleh hidup kekal?”. Hal itu mudah saja: turutilah semua
perintah Allah, misalnya jangan membunuh, jangan berzinah, jangan mencuri dan
jangan mengucapkan saksi dusta, hormat ayah ibu dst (10 perintah Allah). Orang muda
itu mengatakan: semua itu telah aku lakukan, apalagi yang masih kurang? Kata
Yesus kepadanya: "Jikalau engkau hendak sempurna, pergilah, juallah segala
milikmu dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh
harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku." Mendengar jawaban
itu, orang muda itu pergi dengan sedih hati sebab hartanya banyak (bdk Mat
19:16-22).
Jalan menuju keselamatan adalah jalan
yang sulit. Ada banyak jawaban Yesus yang menyatakan kesulitan itu, misalnya
pintunya sempit, pikul salib, meninggalkan ayah ibu dan sanak keluarga, dan
dalam Injil hari ini jual segala harta dan bagikan itu kepada orang miskin. Akan
tetapi apakah karena kesulitan itu kita pun mundur dan pergi dengan sedih hati?
Keselamatan adalah pilihan satu-satunya bila kita mau hidup bersama Tuhan,
sebab Tuhan telah merancang dan melaksanakan karya keselamatan itu melalui Putera-Nya
Yesus Kristus. Ruang keselamatan itu telah tersedia. Kita yang percaya pada-Nya
harus mengikuti jalan-Nya agar bisa mencapai ruang itu. Karena itu seberat
apapun jalan yang harus ditempuh, kita harus bisa mencapai ruang keselamatan
itu. Modalnya, menurut hemat saya adalah: iman dan kerelaan hati untuk mengikuti
kehendak Tuhan.
Karena iman, kita percaya bahwa kita bisa, sebab tak ada
yang mustahil bagi Tuhan dan bagi orang yang percaya. Karena iman dan harapan
kita percaya bahwa segala rintangan akan bisa diatasi. Iman dan harapan bisa
bertumbuh subur dan baik, jika kita pun memiliki
kerelaan hati untuk taat dan setia pada kehendak Allah serta mau memandang
segala yang kita hadapi dengan cara pandang Tuhan.
Sikap hidup yang salah, karena cara
berpikir yang salah, dalam sejarah Israel terjadi juga pada zaman nabi Yehezkiel.
Menurut bacaan pertama hari ini, nabi Yehezkiel diminta oleh Tuhan untuk menyampaikan nubuat yang cukup keras karena sikap orang
Israel yang tidak mau bertobat. Beginilah firman Tuhan ALLAH: “Sesungguh-sungguhnya Aku akan menajiskan
tempat kudus-Ku, kekuasaanmu yang kaubanggakan, kenikmatan bagi matamu dan bagi
jiwamu; dan anak-anakmu lelaki dan perempuan yang kamu tinggalkan akan mati
rebah oleh pedang”. Ketika kemudian nubuat ini sungguh-sungguh terjadi,
maka seluruh bangsa itu menjadi sedih hatinya (bdk Yeh 24:15-24).
Dalam hidup ini kita memiliki banyak
kerinduan dan cita-cita, namun seringkali tidak semuanya terwujud, karena
pelbagai alasan. Namun di balik semua itu ada rencana Tuhan yang tak dapat kita
selami, imani semua itu dan berjalanlah seperti Abraham yang selalu setia dalam
iman dan harapan akan rencan Tuhan yang penuh kasih. Bebaskan hati dari
kesedihan yang bisa merusak iman.