Sejak runtuhnya Saddam Husein dan para pemimpin
lainnya di wilayah Timur Tengah banyak dari antara kita yang berkomentar bahwa
negeri yang dipimpin oleh pemimpin yang congkak, membunuh begitu banyak orang
dan mengumpulkan harta untuk dirinya sendiri dan keluarganya, meskipun
tampaknya langgeng tetapi suatu saat Tuhan akan membiarkan mereka mengalami kesusahan
besar dan jatuh tak berdaya. Kenyataan seperti ini tentu bukan hanya terjadi pada
mereka tetapi bisa kita baca dalam sejarah bangsa-bangsa yang raja-rajanya
memerintah rakyatnya dengan tangan besi dan menumpahkan darah. Karena itu
kesombongan atau sikap yang congkak dari para pemimpin serta kejahatan lainnya
yang merugikan rakyat banyak jangan pernah dianggap sebagai suatu kehebatan,
sebab kesombongan tak pernah berbuah kebaikan melainkan keruntuhan dan kedurhakaan.
Gambaran kesombongan yang terjadi di
atas telah pula dialami dalam sejarah bangsa Israel, pada zaman nabi Yehezkiel.
Nubuat Yehezkiel tentang kesombongan dalam bacaan pertama hari ini bukan hanya
sekedar nubuat tanpa kenyataan tetapi sudah sungguh-sungguh dialami oleh bangsa
Israel. Tahun 605 sebelum Masehi (SM) para pemuda Yahudi dibawa ke Babilon
termasuk Daniel; tahun 597 SM 1000 tawanan diangkut ke Babilon; tahun 586 SM
pasukan Nebukadnesar membinasakan Yerusalem dan bait sucinya dan mengangkut
sebagaian besar tawanan yang tidak terbunuh diangkut ke Babilon. Sejarah menyebut
bahwa pelayanan Yehezkiel sebagai nabi adalah sejarah terkelam dalam Perjanjian
Lama yaitu 7 tahun (593-586 SM) sebelum kebinasaan dan 15 tahun (586-571) sesudah
kebinasaan. Saya kutip penggalan nubuat Yehezkiel berikut: “Karena hatimu menempatkan diri sama dengan Allah maka, sungguh, Aku
membawa orang asing melawan engkau, yaitu bangsa yang paling ganas, yang akan
menghunus pedang mereka, melawan hikmatmu yang terpuja; dan semarakmu
dinajiskan. Engkau diturunkannya ke lobang kubur, engkau mati seperti orang yang
mati terbunuh di tengah laut” (baca Yeh 28:1-10).
Sebelum dan sesudah kedatangan Kristus
ke dunia ini keadaan yang digambarkan diatas, sekali lagi saya garisbawahi,
sungguh telah terjadi dalam sejarah bansa-bangsa. Kesombongan adalah kekayaan
hati yang mengakibatkan kebinasaan, karena orang yang sombong selalu menganggap
dirinya lebih dari orang lain bahkan lebih dari Tuhan sendiri. Godaan kesombongan
biasanya terjadi pada orang-orang pintar dan kaya. Andaikan karena kehebatan
itu mereka meremehkan Tuhan dan sesamanya, maka kata Yesus: “lebih mudah seekor unta masuk lubang jarum
daripada seorang kaya (pintar) masuk kerajaan surga”. Pandangan ini bukan
sekedar sebuah peringatan biasa tetapi sebuah nasihat yang dalam atas dasar
kebenaran dan bertujuan keselamatan. Orang kaya atau miskin, orang pintar atau
bodoh, orang hebat atau yang biasa-biasa saja sama di mata Tuhan. Kekayaan
tertinggi yang perlu dimiliki, dipelihara dan dihayati oleh segenap umat
manusia adalah kerendahan hati. Kalau seseorang memiliki kerendahan hati ia
sudah memiliki surga dan bumi.
Memiliki kerendahan hati di hadapan
Tuhan sama dengan ia kaya di hadapan Allah. Ia bisa menjadi seekor unta yang
dapat masuk ke lubang jarum !