Para guru professional dalam bidang
pendidikan sudah dibekali pelbagai macam pengetahuan tentang bagaimana caranya
mendidik anak sejak dari dalam kandungan ibu hingga usia menanjak dewasa.
Mereka membuat banyak teori disertai contoh-contoh praktis berdasarkan ilmu
yang mereka pelajari dan pengalaman yang mereka lihat dalam keseharian hidup
manusia. Teori-teori yang mereka rumuskan tentu saja berdasarkan pelbagai
bidang ilmu dalam hubungan dengan manusia, misalnya ilmu sosial, antropologi,
psikologi perkembangan, konseling dan pendidikan itu sendiri. Walau banyak
teori atas dasar aneka ilmu itu namun kebanyakan orang tidak belajar tentang
teori-teori itu, maka kita lihat pada umumnya keluarga mendidik anak-anak
mereka berdasarkan intuisi positip, yang lahir dari pengalaman yang mereka tahu
dan lihat dan juga dari sedikit ilmu yang mereka pelajari melalui warisan dalam
pohon keluarga.
Penulis Kitab Ibrani hari ini
mengingatkan kita akan cara Tuhan mendidik manusia berdasarkan apa yang sering
dilihatnya itu terjadi di tengah bangsanya. Mungkin ia melihat dan mengimani
bagaimana Tuhan mendidik umat-Nya menuju kedewasaan iman. Lalu ia mengatakan: "Hai anakku, janganlah anggap enteng
didikan Tuhan, dan janganlah putus asa apabila engkau diperingatkan-Nya; karena
Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya, dan Ia menyesah orang yang diakui-Nya
sebagai anak." Jika kamu harus menanggung ganjaran; Allah memperlakukan
kamu seperti anak. Di manakah terdapat anak yang tidak dihajar oleh ayahnya? Jangan anggap enteng atau remeh didikan
Tuhan, sebab hidup dan matinya manusia ada dalam penyelanggaraan-Nya. Tuhan
sering membiarkan kesusahan terjadi dalam hidup ini mungkin terjadi karena
dosa, tidak mengindahkan sabda-Nya, atau dilihat secara positip supaya kita mau
mengambil bagian dalam derita Kristus untuk menebus dosa sesama dan dosa
sendiri, atau membiarkannya agar kita bertumbuh dewasa dalam iman kepada-Nya.
Namun semua bentuk pembiaran itu pasti bertujuan: menyelamatkan !
Tuhan pernah membiarkan bangsa asing
menghancurleburkan kehidupan bangsa terpilih dengan membiarkan raja Babilon
menjajah mereka. Didikan itu sangat keras karena Israel tidak setia dalam iman
kepada Tuhan tetapi hidup dalam penyembahan berhala. Namun tujuan pendidikan
itu tidak lain agar mereka bertobat dan diselamatkan. Hasil dari pendidikan itu
bangsa terpilih ini mewartakan kemuliaan Tuhan di antara para bangsa dan
kemudian Tuhan membawa mereka pulang untuk menyaksikan kembali kemuliaan Tuhan
di Yerusalem (Yes 66:18-21)
Dalam pengajaran-Nya di desa-desa dan
kota, Yesus mengingatkan para pendengar-Nya agar selalu berjuang mencapai
sukses, yaitu bisa masuk ke dalam kerajaan-Nya. Manusia sering berpikir enteng
tentang hidupnya setiap hari karena kebebasan yang diberikan Tuhan kepadanya.
Dalam kebebasan itu manusia sering lalai untuk menata kehidupan yang baik dalam
mengejar keberhasilan itu, akhirnya banyak orang gagal mencapai garis finis
untuk masuk ke pintu yang sempit itu.
Kelalaian karena sengaja hidup dalam kecongkakan
hati akan berefek negatip pada pencapaian akhir dari kehidupan. Tetapi ketaatan
dan ketekunan untuk hidup dalam kebenaran mengikuti sabda-Nya akan membawa kita
masuk ke hidup yang kekal. Amin