Biasanya banyak pengkotbah, penginjil
atau pewarta memakai cerita-cerita dongeng sebagai ilustrasi untuk kotbah
mereka. Ilustrasi itu kadang-kadang cocok, kadang-kadang juga tidak cocok.
Dongeng-dongeng itu kadang juga dipakai hanya sekedar selingan untuk membuat
para pendengar tertawa, agar warta yang disampaikan itu menarik perhatian pendengar.
Semua yang termuat dalam Kitab Suci,
bukanlah cerita dongeng atau isapan jempol belaka, melainkan fakta sejarah
bangsa Israel yang diangkat sebagai pengalaman iman yang disyeringkan kepada
orang lain. Suatu pengalaman bagaimana manusia melihat kehidupannya selalu berada
dalam penyelenggaraan Ilahi dan tak pernah mungkin terjadi tanpa adanya campur
tangan dari yang Ilahi itu.
Dalam bacaan pertama Daniel menceritakan
pengalaman rohaninya, ia melihat kemuliaan Allah dalam bentuk Seorang yang
sudah lanjut usianya, berpakaian putih bagaikan salju. Dia duduk di atas tahkta
yang bernyala dengan roda-roda terdiri dari api yang berkobar-kobar dengan
beribu-ribu orang melayani Dia. Lalu seorang Anak Manusia yang menyerupai Dia
muncul dan menerima kuasa dari pada-Nya. Anak itu kemudian memimpin Kerajaan
yang tak akan binasa (Dan 7:9-10.13-14).
Siapakah Anak manusia itu? Jawabannya
ada dalam kisah Lukas dalam cerita Injil hari ini. Lukas menceritakan
pengalaman Petrus, Yakobus dan Yohanes yang melihat Yesus berubah rupa di puncak
gunung di mana mereka berada. Mereka melihat Dia sedang berbincang-bincang
dengan Musa dan Elia. Pada saat bersamaan mereka mendengar suara dari langit
yang berseru: “Inilah Anak-Ku yang Kupilih, dengarkanlah Dia”. Apa yang dilihat
dalam pengalaman rohani Daniel, kini terpenuhi dalam pengalaman ketiga rasul
itu (Luk 9:28b-36)
Atas dasar pengalaman nyata yang dialami
oleh ketiganya, maka Petrus dalam suratnya hari ini memberi kesaksian yang
jelas dan tegas bahwa mereka bukan berdongeng tetapi bersaksi tentang apa yang
mereka lihat dan alami bersama Yesus. Karena itu dalam suratnya dia mengajak kita
dengan berkata: “Dengan demikian kami
makin diteguhkan oleh firman yang telah disampaikan oleh para nabi. Alangkah
baiknya kalau kamu memperhatikannya sama seperti memperhatikan pelita yang
bercahaya di tempat yang gelap sampai fajar menyingsing dan bintang timur
terbit bersinar di dalam hatimu” (bdk 2 Petr 1:16-19). Kehadiran Yesus di
tengah bangsa-Nya sendiri bukanlah cerita dongeng melainkan kisah nyata, sebuah
sejara keselamatan yang direncanakan Allah bagi manusia yang berdosa. Kehadiran-Nya
merupakan penggenapan sabda yang dituturkan para bapa bangsa dan para nabi Israel
yang telah menerima pesan-pesan surgawi, yang telah mengalami perjumpaan dengan
Allah.
Kalau kini kita melanjutkan warta ini,
bukan saja karena tugas yang kita terima melalui sakramen baptis dan krisma,
melainkan karena kita juga telah dihantar ke pengalaman yang sama, pengalaman
akan peran serta Tuhan dalam kehidupan pribadi dan keluarga kita masing-masing.
Kita menjadi saksi seperti Petrus dan kawan-kawannya, saksi tentang kebenaran
dari Allah yang teleh mengutus putera-Nya bagi keselamatan kita.