Kecerdasan dalam berkomunikasi bukan
saja terletak pada keterampilan kita dalam berbicara dengan teman, melainkan
juga pada sikap kita yang suka mendengar dan tidak memonopoli pembicaraan. Bila
sikap seperti itu menjadi kebiasaan yang kita pelihara maka orang akan senang sekali berbicara
dengan kita, meskipun waktunya berjam-jam tetapi kita tak akan pernah merasa bosan.
Suka mendengar adalah sebuah kebajikan – seni dalam berkomunikasi. Orang yang
suka mendengar selalu menyenangkan, tetapi orang yang memonopoli pembicaraan
membosankan. Kunci keberhasilan dalam komunikasi adalah “memiliki telinga yang suka mendengar”, demikian kata penulis Kitab
Sirakh hari ini. Mengapa?
Masyarakat manusia adalah masyarakat
berciri khas sebagai makhluk sosial, yang suka berinteraksi dengan sesamanya,
agar hidupnya menjadi semakin sempurna. Tanpa
kehadiran sesama sekitarnya tidak mungkin manusia bisa berkembang menjadi manusia
seutuhnya baik secara lahiriah dan maupun batiniah, sebab dari kodratnya ia
diciptakan untuk hidup bersama. Kata penulis Kitab Kejadian “tidak baik manusia
hidup sendirian”. Untuk mendukung terbentuknya semangat kebersamaan saling menyempurnakan itu tidak lain adalah
dialog dan saling mendengarkan.
Rino, anak yang pintar, selalu menjadi
juara kelas sejak SD hingga Perguruan Tinggi. Kecerdasan yang dia miliki bukan
karena tingkat IQ yang tinggi lebih dari orang lain, tetapi ia suka berdiskusi dengan
teman-temannya. Teman-teman amat suka padanya karena disamping ia bisa membantu
teman-temannya dalam belajar tetapi teristimewa karena ia suka mendengar pertanyaan
dan memperhatikan kesulitan teman-temannya. Kebiasaan ini dia miliki karena di
rumah mereka selalu diajak untuk doa bersama oleh orangtuanya, mereka membaca
Kitab Suci dan ayah atau ibu menjelaskan isi Kitab Suci secara ringkas dan
anak-anak mendengarkan dengan cermat. Ayah dan ibu selalu menggarisbawahi
pentingnya memelihara sabda Tuhan sebab di situ ada banyak nasihat yang berguna
bagi hidup.
Ketika Rino menjadi pemimpin di sebuah perusahaan
ia menerapkan kebiasaan itu ketika memulai pekerjaan mereka setiap hari, serta
mengatakan kepada karyawan-karyawannya bahwa suara Tuhan yang didengar setiap
hari dari Kitab Suci adalah suara kehidupan yang membuat kita menjadi
orang-orang terberkati dalam menjalankan pekerjaan kita, maka penting sekali
kita mendengar bimbingan-Nya agar kita semua dapat melakukan tugas kita dengan
penuh tanggung jawab.
Suka mendengar adalah sebuah kebajikan
yang lahir dari semangat kerendahan hati. Orang yang sombong biasanya tidak
suka mendengarkan sesamanya, tetapi selalu menuntut orang lain mendengarkan
mereka. Karena itu mereka sering tidak disukai oleh siapa pun selain oleh
dirinya sendiri. Tuhan Yesus dalam Injil hari ini mengingatkan kita akan
pentingnya bersikap rendah hati, “sebab barangsiapa
meninggikan dirinya, ia akan direndahkan dan barangsiapa menrendahkan dirinya
ia akan ditinggikan” (bdk Luk 14:1.7-14) atau kata penulis Kitab Sirakh
dalam bacaan pertama: Makin besar
engkau, patutlah makin kaurendahkan dirimu supaya engkau mendapat karunia di
hadapan Tuhan (bdk Sir 3:17-18.20.28-29)
Di mana ada kerendahan hati dan suka
mendengar di situ bertumbuh dan berkembang banyak kebajikan dan berkat, di mana
ada kesombongan dan ketidak-pedulian di situ bertumbuh persaingan, perselisihan
dan kekacauan! “Berbahagialah mereka yang memiliki telinga yang suka mendengar
!”