Dalam Kitab Suci ada ungkapan yang
berbunyi demikian: “Barangsiapa menabur
angin, mereka akan menuai puting beliung; gandum yang belum menguning tidak ada
pada mereka; tumbuh-tumbuhan itu tidak menghasilkan tepung; dan jika memberi hasil,
maka orang-orang lain menelannya” (Hos 8:7)
Dalam perjanjian
lama selalu ada keyakinan yang sama seperti yang dikatakan oleh nabi Hosea di
atas, yaitu setiap orang yang menabur kejahatan akan menuai derita, setiap
orang yang menabur kebaikan akan menuai berkat. Sebagai analoginya, dalam
perjanjian baru Tuhan Yesus dalam wejangan-Nya mengatakan hal ini dalam bentuk
perumpamaan: “setiap pohon
yang baik menghasilkan buah yang baik, sedang pohon yang tidak baik menghasilkan
buah yang tidak baik” (Mat 7:17). Singkatnya, ada efek yang baik atau
buruk dari setiap tindakan positip atau negatip kita. Dalam agama tertentu hal
ini disebut karma, khususnya yang
berhubungan dengan tindakan negatip.
Kitab Nahum dalam nubuatnya hari ini
menyampaikan semacam kecaman yang berbuah negatip bagi kota para penumpah
darah. “Celakalah kota penumpah darah
itu. Aku akan melemparkan barang keji ke atasmu, akan menghina engkau dan akan
membuat engkau menjadi tontonan. Maka semua orang yang melihat engkau akan lari
meninggalkan engkau serta berkata: "Niniwe sudah rusak! Siapakah yang
meratapi dia? Dari manakah aku akan mencari penghibur-penghibur untuk dia” (Nah
3:1.6-7). Nubuat ini ditujukan kepada kota Niniwe karena rupanya setiap hari
kota ini telah melakukan kejahatan pembunuhan terhadap satu sama lain. Jika
kita membandingkan dalam sejarah manusia baik di masa lalu maupun sekarang,
buah yang sama tampaknya selalu terjadi. Misalnya: Kerajaan kafir Romawi yang
telah membunuh ratusan ribu pengikut Kristus di masa jayanya, justru menjadi bumerang
kehancuran baginya dan Roma menjadi pusat kekristenan. Ada banyak juga negeri
lain mengalami hal yang sama. Kejahatan pemimpin menjadi kerugian bagi negeri. Pemimpin Irak, Saddam Husein membunuh
begitu banyak musuhnya, menjadi bumerang kebinasaan bagi dirinya sendiri dan
keluarga bahkan negara seluruhnya, demikian pun Gadafi, pemimpin Libya. Sebentar
lagi akan terjadi juga pada Suriah yang kini hancur berantakan karena perang
saudara.
Dalam wejangannya hari ini Tuhan Yesus
mengatakan pandangan-Nya sebagai berikut: “Anak
Manusia akan datang dalam kemuliaan Bapa-Nya diiringi malaikat-malaikat-Nya;
pada waktu itu Ia akan membalas setiap orang menurut perbuatannya” (Mat
16:27). Dalam wejangan ini, jika ditafsir secara harafiah, Yesus mengatakan
bahwa, ada balasan dari setiap perbuatan, namun itu baru akan terjadi pada
pengadilan terakhir, bukan sekarang. Sesuai dengan hukum cinta kasih, Allah
akan mengadili orang hidup dan mati pada saat pengadilan terakhir. Tetapi mengapa
sekarang ini seolah-olah ada pengadilan bagi orang benar dan tidak benar? Apa
yang terjadi secara langsung seperti yang kita lihat dalam hidup nyata sekarang
ini adalah efek domino dari perbuatan kita dan karena ada pengadilan manusia. Yang
baik akan menerima hadiah/berkat/rahmat, sedangkan yang jahat akan menerima hukuman.
Semakin banyak berbuat baik, semakin
banyak menerima kebaikan, meskipun di dalamnya seringkali ada derita yang
menghadang!