Orang yang terbentuk, lahir dan hidup
dengan batin yang terluka sering mengalami problema dalam hidup mereka jika
selama proses pertumbuhan dan pembentukan karakter luka-luka itu tidak diolah
dengan baik. Akibatnya mereka mudah tersinggung, cepat marah, pendendam, nakal,
menjadi pemberontak dan selalu membuat masalah, terutama jika sejak dalam kandungan
ibu mereka mengalami penolakan, tidak diperhatikan, hendak digugurkan, atau
ketika sudah lahir mereka sering ditinggalkan, mengalami kekerasan fisik dan
verbal, diolok-olok dsb. Orang-orang seperti ini bertumbuh menjadi orang yang
kurang berbahagia, suka murung, sedih, kurang percaya diri dan sering
menyendiri.
Angkatan bangsa Israel di zaman
Yehezkiel adalah angkatan yang terluka, karena situasi hidup dan kemanan mereka
pada saat itu sangatlah terganggu. Mereka ditindas, mengalami perang dan
pembunuhan, mengalami penindasan dan ketidakadilan, diangkut ke tempat pembuangan
dan terpenjara di Babilon, mereka dijadikan budak-budak dll. Jiwa raga mereka
sungguh terluka. Dengan pengalaman buruk ini rasanya tak ada jalan lain untuk
memperbaiki hidup dan pembebasan selain kembali kepada Tuhan dan bertobat. Yehezkiel
pun mulai bernubuat dan berkata: “Aku
akan mencurahkan kepadamu air jernih, yang akan mentahirkan kamu; dari segala
kenajisanmu dan dari semua berhala-berhalamu Aku akan mentahirkan kamu. Kamu
akan Kuberikan hati yang baru, dan roh yang baru di dalam batinmu dan Aku akan
menjauhkan dari tubuhmu hati yang keras dan Kuberikan kepadamu hati yang taat. Roh-Ku
akan Kuberikan diam di dalam batinmu dan Aku akan membuat kamu hidup menurut
segala ketetapan-Ku dan tetap berpegang pada peraturan-peraturan-Ku dan melakukannya.
Dan kamu akan diam di dalam negeri yang telah Kuberikan kepada nenek moyangmu
dan kamu akan menjadi umat-Ku dan Aku akan menjadi Allahmu”. Pemberian anugerah-anugerah
ini bertujuan untuk menyempurnakan perbaikan dan semangat pertobatan sehingga
mereka semua boleh kembali ke jalan benar dan hidup seturut kehendak Allah. Pertobatan
itu akan berbuahkan pembebasan karena Allah akan menolong mereka pulang.
Dalam masa hidup Yesus, bangsa ini
mengalami luka batin juga akibat penjajahan oleh bangsa Romawi. Dalam keadaan
seperti ini ada yang mencari solusi dengan mengikuti Yesus kemana-mana, mau
mendengar kotbah-kotbah-Nya yang menghibur dan juga ingin menyaksikan
mujizat-mujizat-Nya. Sesungguhnya mereka rindu pembebasan atau kemerdekaan. Akan
tetapi ada juga yang tidak mau mendengar bahkan menolak-Nya, terutama para imam
kepala dan pemuka rakyat. Lalu Tuhan Yesus menyindir mereka dengan menceritakan
perumpamaan tentang kerajaan surga seumpama seorang raja yang mengadakan
perjamuan nikah untuk anaknya (Mat 22:1-14)
Orang yang diundang tidak datang dengan
banyak alasan bahkan membunuh utusan-utusan yang dikirim untuk mengundang. Ini
sindiran bagi para pemuka itu sebab mereka yang menolak Yesus dan nabi-nabi
bahkan membunuhnya. Lalu raja mengundang semua orang yang di jalan-jalan untuk
datang ke perjamuan itu. Mereka semua datang namun ada yang tidak berpakaian
pesta. Yang tidak berpakaian pesta itu diikat, dibelenggu dan dicampakkkan ke
tempat gelap. Ya, masuk ke dalam kerajaan Allah (yang dilambangkan pesta nikah
itu) harus dengan berpakaian pesta yaitu sesal dan tobat, tidak sesuka hati
saja. Perlu hati dan roh yang baru.
Setiap insan yang mengalami proses
pembentukan dan pendidikan yang terluka sangat membutuhkan penyembuhan atau pemulihan,
agar memiliki bisa hati dan roh yang baru. Proses penyembuhan itu, hemat saya, membutuhkan
pengalaman kasih Allah, entah melalui doa dan penerimaan sakramen tobat, juga melalui
konseling penerimaan diri sebagai citra Allah. Dalam cara-cara yang sederhana
ini Roh Tuhan akan bekerja menolong kita dengan rahmat-Nya.