Kini
pohon ara yang terletak di pinggir jalan tengah kota Yerikho itu lazim disebut pohon
“sycamore” (bahasa Inggris). Menurut pemandu wisata, pohon yang ada sekarang
bukan pohon asli sebab yang asli sudah mati dimakan usia, tetapi penggantinya
yang sekarang sudah berusia 500 tahun. Benar atau tidak, percaya saja kata
pemandu yang tahu hal-hal yang berhubungan dengan sejarah isi Kitab Suci. Buahnya
tumbuh pada batang, cabang dan ranting dan tentu bisa dimakan. Yesus pernah
mengutuk pohon ara yang tidak berbuah, saat Ia lapar dan ingin makan sesuatu. Pohon
ara yang ada di tengah kota Yerikho ini menjadi terkenal karena digunakan
Zakheus, pegawai pemungut cukai pada zaman Yesus. Zakheus naik pohon ara itu
guna mendapatkan view yang bagus untuk
melihat Yesus di tengah kerumunan banyak orang. Ditinjau dari segi ini Zakheus
beruntung karena dengan bantuan pohon ara itu ia dapat melihat Yesus dengan
baik. Kerinduan hatinya untuk melihat Yesus ditopang pohon ara. Berkat pohon
ara Zakheus menemukan Tuhan. Baginya pohon ara itu menyelamatkannya hidup dan
jiwanya.
Akan
tetapi lebih dari semua itu sesungguhnya kerinduan hati Zakheus untuk melihat
wajah Yesus mendorongnya untuk bersikap rendah hati. Zakheus tidak berpikir
tentang gengsinya sebagai pegawai pajak, tetapi ia hanya berpikir tentang jiwanya
yang rindu akan perjumpaan dengan Tuhan. Perjumpaan itu membuat hatinya penuh
syukur sebab Yesus datang ke rumahnya. Hati yang penuh syukur membuatnya
bertobat, berbalik ke jalan keselamatan, dan mau berbagi. Pertobatan itu
dinilai Tuhan dengan berkata:"Hari
ini telah terjadi keselamatan kepada rumah ini, karena orang ini pun anak
Abraham. Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang”.
Di sini Yesus menegaskan lagi misi utama kedatangan-Nya: “bukan untuk
mengadili melainkan untuk mencari yang berdosa, menyembuhkan yang sakit,
membebaskan yang terbelenggu, dst (bdk Luk 19:1-10)`
Penulis
Kitab Kebijaksanaan dalam bacaan pertama telah bernubuat tentang kasih Tuhan
yang mahabesar ini. “Justru karena
Engkau berkuasa akan segala sesuatu, maka semua orang Kaukasihani, dan dosa
manusia tidak Kauperhatikan, supaya mereka bertobat. Sebab Engkau mengasihi
segala yang ada, dan Engkau tidak benci kepada barang apapun yang telah
Kaubuat. Sebab andaikata sesuatu Kaubenci, niscaya tidak Kauciptakan”. Tuhan
mengasihi semua anak manusia dan menginginkan mereka hidup dalam pertobatan
seperti Zakheus. Allah mau menerima kembali semua anak-Nya yang hilang. Allah ingin
hidup dalam persatuan dengan anak-anakNya. Semua yang diciptakan-Nya tak
mungkin dibenci-Nya. Orang benar dan tidak benar, orang baik dan orang jahat,
sama di hadapan Allah. Tujuan hidup manusia adalah persatuan dengan-Nya.
St.
Paulus juga rindu agar semua orang yang percaya oleh pewartaannya mendapat
tempat yang sama di hadapan Tuhan sehingga ia berkata: “Kami senantiasa berdoa juga untuk kamu, supaya Allah kita menganggap
kamu layak bagi panggilan-Nya dan dengan kekuatan-Nya menyempurnakan kehendakmu
untuk berbuat baik dan menyempurnakan segala pekerjaan imanmu, sehingga nama
Yesus, Tuhan kita, dimuliakan di dalam kamu dan kamu di dalam Dia, menurut
kasih karunia Allah kita dan Tuhan Yesus Kristus” (2 Tes 1:11-2.2). Ya, pohon
ara membantu Zakheus untuk berjumpa dengan Tuhan, perjumpaan itu menyempurnakan
iman Zakheus sehingga dengan perobatannya ia memuliakan nama Tuhan. Pertobatan
Zakheus membenarkan nubuat penulis Kebijaksanaan.
Dari
pohon ara dan Zakheus kita belajar mengenal Tuhan sebagai Allah yang sungguh mahabaik
dan maharahim! Amin