Setiap
hari, sambil berdoa meminta rejeki, pengemis itu duduk di pinggir jalan untuk
meminta-minta apa saja kepada orang yang melintasi jalan tempat ia duduk.
Setelah mendapatkan pemberian dari orang-orang yang peduli padanya, ia pulang
ke gubuknya. Bertahun-tahun ia bekerja seperti itu dan tak pernah berpindah dari
tempatnya. Pekerjaan pengemis ini suatu saat menarik perhatian seorang pastor
Yohn Oh di kota itu. Pada suatu hari di saat pengemis itu pulang ke gubuknya
Pastor Yohn Oh coba membututinya. Ia ingin mencari tahu di mana ia tinggal.
Ketika ia tiba di tempat tujuan si pengemis itu, mata pastor Yohn
terbelalak heran. Ternyata di tempat itu ada banyak pengemis lain yang tidak
bisa berjalan, mereka berbaring saja di tikar yang kumuh, menerima pembagian
makanan yang didapatkan pengemis tadi. Pastor Yohn itu berkesimpulan: pengemis
yang dibuntutinya itu mengemis untuk memberi makan kepada pengemis lain yang
tidak dapat berjalan atau yang sakit. Setelah melihat keadaan itu ia pulang
tanpa berkata apa-apa. Dalam hatinya ia terus menerus merenung: ia
mengemis untuk menolong pengemis yang lain, bukan untuk dirinya sendiri. Kemudian
beberapa kali ia masih pergi lagi guna memastikan bahwa apa yang dilihatnya
bukanlah aksi sesaat dari pengemis itu. Itu adalah pekerjaan tetapnya yang
sudah dilakukannya bertahun-tahun. Dalam hatinya pastor Yohn Oh berkata: luar
biasa! Tuhan berbuat baik melalui pengemis untuk membantu pengemis yang lain
serta teman-teman lainnya kaum disabilitas.
Sejak
saat itu Pastor Yohn Oh selalu diganggu oleh suara hatinya yang mengatakan: kalau pengemis itu bisa melakukan hal yang
luar biasa itu, bagaimana dengan Anda? Pertanyaan itu seringkali membuatnya
tidak bisa tidur dengan nyenyak, hingga ia memutuskan untuk membuka sebuah
komunitas bagi para pengemis dan ia sendiri pun mulai mengemis untuk memberi
makan para pengemis yang ia tampung. Mengemis untuk membantu para pengemis yang
tak berdaya lagi, termasuk mereka yang terbuang, para penyandang cacat
(disability) dan orang-orang yang kehilangan keluarganya. Ia mendirikan sebuah
Serikat yang dalam bahasa Korea bernama Kkottongnae,
yang berarti kongregasi aksi belas
kasih. Kongregasi itu sudah bertumbuh dan berkembang pesat, berada di luar
kota Seoul – Korea Selatan. Doa si peminta-minta itu sungguh menembus awan dan didengarkan
Tuhan. Tuhan menggerakkan hati pastor Yohn Oh dan ia mendirikan sebuah kongregasi.
Kongregasi yang menampung orang-orang miskin serta kaum disabilitas dan yang
kehilangan sanak keluarga. Pelayanan pastor Yohn Oh menggerakkan hati seorang
kaya di Korea untuk mendonasikan sebagian besar warisannya, memberikan tanah
seluas sekitar ribuan ha. Di situ pastor Yohn Oh membangun komunitas bagi
religius dan kaum relawan yang bekerja menolong orang-orang miskin dan para
disabilitas dan yang kehilangan keluarganya, mendirikan sekolah mulai dari
tingkat Taman Kanak-Kanak hingga perguruan tinggi khusus, mengajar mereka bekerja
untuk hidup saling membantu satu sama lain.
Kitab
Sirakh bacaan pertama hari ini mengatakan bahwa doa orang miskin menembusi awan,
doa orang terjepit didengarkan-Nya, jeritan yatim piatu didengarkan-Nya,
demikian pula jeritan doa para janda.....tetapi ia melanjutkan dengan kalimat
yang bernada syarat: Tuhan mendengarkan doa siapa saja yang
dengan sebulat hati berbakti kepada-Nya (bdk Sir 35:12-14.16-18). Sebulat hati di sini berarti: yang rendah
hati, yang mengimani dan mengandalkan Dia, yang sungguh-sungguh berharap
pada-Nya serta yang mencintai-Nya dengan tulus ikhlas. Doa pengemis Korea itu menembus awan karena ia
memenuhi semua persyaratan yang ada (ia
rendah hati dan tidak malu mengemis untuk sesamanya yang menderita, selagi
mengemis ia terus berdoa dan berharap pada Tuhan untuk menolongnya dan ia
melakukan hal itu karena ia mencintai sesamanya). Tujuan doa dan pekerjaannya luhur dan benar. Tetapi
kalau ia tidak rendah hati dan tidak memenuhi semua syarat doanya tidak akan
menembus awan.
Perumpamaan
Yesus dalam Injil menyatakan persyaratan yang sama. Dua orang datang mencari
Tuhan dan berdoa. Yang satu dengan sikap sombong membuat laporan tentang semua kehebatan
dan perbuatan baiknya, sedangkan yang satu dengan rendah mengakui semua dosa
dan mohon ampun. Kata Yesus: Doa orang yang kedua itulah yang menembus awan
sedangkan yang pertama tidak. Doa dapat menembus awan bila:
1.
Memiliki sikap
hati yang miskin: rendah hati dan percaya bahwa hanya Tuhan yang sanggup
mengubah segala yang buruk atas hidup kita.
2.
Memiliki pengharapan
yang tak tergoyahkan pada-Nya: tekun dan setia sambil melakukan semua pekerjaan
baik yang dikehendaki Tuhan.
3.
Memiliki tujuan
yang jelas, tidak mengambang
4.
Memiliki ketulusan
(kepantasan hati), mengaku dan bertobat bila memiliki dosa.
Tuhan
mendengarkan doa siapa saja yang dengan sebulat hati datang kepadanya. Doa kita
semua dapat menembus awan bila memiliki hatimu dan hatiku terbuka dan membiarkan
Tuhan melakukan apa saja yang dikehendaki-Nya terjadi atas diri kita. Amin