Ketika
hendak membuka Konsili Vatikan II, Paus Yohanes XXIII berdoa demikian: “Tuhan, perbaharuilah mujizat-Mu di zaman
kami. Biarlah Roh Kudus-Mu memperbaharui Gereja-Mu agar kembali menampakkan
kehadiran-Mu di tengah dunia”! Mengapa Paus Yohanes XXIII berdoa demikian? Beliau
sadar bahwa tanpa peran Roh Kudus Gereja akan melempem, tak punya daya seperti
pada hari lahirnya di hari Pentakosta. Melempemnya Gereja sebelumnya disebabkan
oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan tehnologi serta sekularisme yang demikian
kuat sehingga manusia melupakan peran Tuhan dalam hidupnya dan mengandalkan kekuatannya sendiri. Akibatnya persaingan
dan peperangan terus menerus terjadi dan mematikan jutaan
Kini
kejahatan baru dalam bentuk terorisme, peredaran narkoba, aborsi, perceraian,
perkawinan sejenis serta dosa-dosa lainnya semakin bertambah sehingga manusia
tampaknya tidak takut lagi kepada Tuhan dan senang hidup dalam dosa-dosa. Karena
itu doa kepada Roh Kudus dan memohon campur tangan surgawi atas hidup manusia
hendaknya dipanjatkan setiap hari agar manusia kembali sadar akan dosa-dosa dan
mau hidup dalam pertobatan. Maka para Paus sesudah Yohanes XXIII, yakni Paulus
VI, Yohanes Paulus I, Yohanes Paulus II, Benediktus XVI dan kini Fransiskus
dengan caranya masing-masing mendorong umat katolik seluruh dunia agar bertekun
dalam doa memohon curahan Roh Kudus melalui Gerakan Pembaharuan dalam Gereja. Kita
semua perlu meterai Roh Kudus, yaitu karunia-karunia Roh Kudus yang
menghasilkan mujizat-mujizat seperti pada zaman para rasul itu. Kata St. Paulus
dalam bagian akhir suratnya kepada jemaat Efesus hari ini berbunyi: “Di dalam Dia kamu juga, ketika kamu
percaya, dimeteraikan dengan Roh Kudus, yang dijanjikan-Nya itu. Dan Roh Kudus
itu adalah jaminan bagian kita sampai kita memperoleh seluruhnya, yaitu
penebusan yang menjadikan kita milik Allah, untuk memuji kemuliaan-Nya” (Ef
1:13b-14)
Dalam
hubungan dengan rasa takut ini, Tuhan Yesus mengingatkan para pendengar-Nya dengan
bersabda: “Aku akan menunjukkan kepada
kamu siapakah yang harus kamu takuti. Takutilah Dia, yang setelah membunuh,
mempunyai kuasa untuk melemparkan orang ke dalam neraka. Sesungguhnya Aku
berkata kepadamu, takutilah Dia!” (bdk Luk 12:1-7). Takut akan Allah adalah
salah satu karunia Roh Kudus. Rasa takut ini adalah perasaan yang kudus yang
dianugerahkan kepada manusia agar tidak melupakan Tuhan dalam hidupnya. Manusia
harus sadar bahwa awal, perjalanan dan akhir hidupnya tak mungkin terlepas dari
peran Tuhan. Manusia, kata St. Theresa dari Calcutta, adalah pinsil di tangan
Tuhan. Hidup dan karya manusia hanya bisa berkembang baik bila selalu
berhubungan dengan Tuan yang empunya pinsil itu. Akan tetapi kesadaran ini kini
semakin dilupakan atau diabaikan karena hati manusia telah dibelokkan kepada
kesombongan, yang membuat seolah-olah hidup dan karyanya di bumi berada di luar
perhatian dan berkat Tuhan.
Dalam
kotbah-kotbahnya sekarang ini Paus Fransiskus selalu menghimbau agar Gereja dan
seluruh umat Allah (para Uskup, para imam, kaum religius dan kaum awam)
hendaknya melibatkan diri dalam Gerakan Pembaharuan Gereja, agar kharisma-kharisma
Roh Kudus itu memeterai Gereja secara baru. Dalam pewartaannya Gereja hendaknya
menunjukkan kembali mujizat-mujizat Tuhan, yang dikerjakan oleh Roh Kudus ini.