Sekumpulan pemuda mahasiswa
setiap hari sepulang kuliah selalu pulang melewati sebuah Gereja yang hampir
tak pernah mereka kunjungi. Setelah beberapa kali mereka melintasi Gereja itu,
suatu saat mereka bersepakat untuk masuk ke dalamnya sekedar untuk
melihat-lihat lukisan-lukisan yang indah dan menarik. Mereka terkagum-kagum
memperhatikan semua itu terutama ketika mereka melihat gaya arsitektur sekitar
altarnya yang amat indah dan menawan. Keesokan harinya mereka sepakat untuk
masuk lagi. Ketika mata mereka terarah ke altar dan tabernakel tiba-tiba tampak
percikan cahaya yang sangat memikat menyentuh hati sanbubari mereka yang
terdalam. Mereka tertegun lalu berlutut memuliakan Tuhan dalam lagu rohani yang
sering mereka nyanyikan: How Great Thou
Art. Mereka bernyanyi bersama-sama mengulangi syair yang sama dan lama
kelamaan tanpa mereka sadari mereka
menyanyi bukan lagi menyanyi dengan kata-kata biasa tetapi menyanyi dalam
bahasa roh (singing in the spirit) yang sangat indah. Pengalaman yang indah ini
menakjubkan dan membuat mereka kembali ke rumah masing-masing dengan hati penuh
sukacita. Pengalaman pemuda-pemuda ini adalah pengalaman rohani bagaimana
sesungguhnya mereka mulai menyembah Tuhan dalam roh dan kebenaran.
Selanjutnya mereka mengajak
semakin banyak orang ke gereja itu dan mereka berdoa pujian dan penyembahan
secara spontan diselang-selingi lagu-lagu rohani gaya anak muda. Makin lama
pertemuan itu bukan saja berdoa dan bernyanyi tetapi mereka membaca Kitab Suci
disusul syering pengalaman. Gerakan spontanitas ini makin lama berkembang makin
meluas dan inilah awal mula munculnya gerakan kharismatik dalam Gereja kita.
Sebuah gerakan pembaharuan yang makin lama makin menarik begitu banyak orang
kepada pertobatan, cinta sakramen, cinta sabda Tuhan, sambil berkumpul dan
berdoa bersama serta berbagi suka dan duka dalam syering lalu membantu mereka
yang berkekurangan, mengunjungi orang sakit dan mendoakan mereka. Dari kegiatan
itu terjadi mujizat-mujizat penyembuhan dsb.
St. Paulus dalam bacaan
pertama hari ini mengeritik cara pujian dan penyembahan jemaat Galatia yang
sesungguhnya sudah dimulai dengan baik seperti pengalaman pemuda-pemuda di
atas. Tetapi karena pengaruh dari gaya lama (hukum Taurat) tampak begitu kuat
akhirnya mereka kembali terjerumus ke dalamnya, yakni lebih memperhatikan
ritus-ritus serta persembahannya dan bukan pertobatan serta pembaharuan hidup.
St. Paulus mengatakan mereka sebagai orang bodoh, suatu keritikan
yang amat tajam yang pernah dilontarkan Paulus. “Hai orang-orang Galatia yang bodoh, siapakah yang telah mempesona
kamu? Bukankah Yesus Kristus yang disalibkan itu telah dilukiskan dengan terang
di depanmu? Hanya ini yang hendak kuketahui dari pada kamu: Adakah kamu telah
menerima Roh karena melakukan hukum Taurat atau karena percaya kepada
pemberitaan Injil? Adakah kamu sebodoh itu? Kamu telah mulai dengan Roh, maukah
kamu sekarang mengakhirinya di dalam daging?......”(bdk Gal 3:1-5)
Dalam hubungan dengan pujian dan
penyembahan kepada Tuhan Yesus telah mengajarkan bagaimana berdoa yang baik.
Bandingkan doa Bapa Kami yang diajarkan-Nya dalam injil kemarin. Daam Injil
hari ini Yesus mengatakan: Jika kita meminta, memohon dan mengetuk pintu rumah
Bapa melalui doa, maka Bapa akan memberi yang terbaik yaitu Roh Kudus, supaya
oleh Roh ini kita dapat menyembah DIA dalam roh dan kebenaran, sebab Roh Kudus
adalah Roh yang akan membantu dan menolong kita untuk melakukan kehendak Allah
dengan baik. Tak ada hadiah yang lebih besar yang diberikan Bapa dan Putera
kepada manusia selain Roh Kudus. Roh yang menghidupkan Gereja untuk menyembah
Tuhan dalam roh dan kebenaran, sehingga umat Allah dapat menikmati
karunia-karunia yang menguduskan dan karunia-karunia yang menggerakkan pelayanan
kita bagi Tuhan dan sesama.