Komunikasi
antar manusia ditandai dengan adanya bahasa. Ada bahasa keluarga, suku, daerah,
bahasa suatu pulau dan bahasa nasional serta internasional. Dengan tahu dan
mengerti bahasa manusia dapat membangun kebersamaan dan kerja sama, baik secara
keluarga hingga secara international. Bahasa itu bisa mempersatukan tetapi juga
bisa memecahbelah. Bahasa bisa membangun keakraban dan cinta tetapi juga bisa
merusak dan menimbulkan marah, benci dan dendam. Bahasa bisa menjadi alat untuk
berunding tetapi juga dapat menjadi alat untuk menciptakan permusuhan. Dalam bahasa,
ada kata-kata yang mengandung berkat, memberi semangat tetapi ada juga
kata-kata yang mengandung kutukan dan membuat orang berputus asa. Kata-kata
buruk, umpatan, maki, marah termasuk kata-kata hampa. Kata-kata hampa itu
meracuni kehidupan manusia dan dampaknya amat negatip, menimbulkan luka batin apalagi
kalau kata-kata itu diucapkan setiap hari, baik bagi mereka yang menggunakannya
maupun bagi mereka yang menjadi sasarannya. Kata-kata lebih jahat akibatnya
dari pada memukul. Orang bilang untuk mengetahui sifat seseorang perhatikan dan
dengar saja kata-kata yang diucapkannya.
St.
Paulus hari ini mengingatkan kita akan pemakaian kata-kata hampa itu. Ia berkata:
“jangan kamu disesatkan dengan kata-kata hampa, sebab kata-kata hampa
mendatangkan murka Allah dalam arti punya efek negatip, bagi pemakainya dan
orang yang menjadi sasarannya. Jangan berkawan dengan orang-orang seperti itu”.
Anak-anak terang (yang sudah diselamatkan) tidak pantas memakai kata-kata hampa
dalam hidupnya, sebab mereka akan kehilangan berkat dan kasih karunia dari Roh
Kudus. Orang yang sering memakai kata-kata hampa itu adalah racun bagi
masyarakat, bagi negeri, bagi siapa saja yang menjadi sasaran ucapannya. Hidup kita
sudah dikuduskan oleh sakramen-sakramen tetapi kekudusan itu bisa ternoda oleh
kata-kata hampa. Ia merusak hubungan antar manusia, merusak kerja sama dan
kasih persaudaraan, ia menimbulkan rasa sakit dan penyakit dan bisa mematikan
orang lain (bdk Ef 4:32-5:8)
Kata-kata
yang diucapkan Yesus selalu menyejukkan, menguatkan, meneguhkan iman, harapan
dan kasih, menyembuhkan penyakit, memerdekakan orang dari rasa putus asa,
menobatkan yang berdosa, dst. Kata-kata Yesus penuh berkat sebab apa yang
diucapkan-Nya membebaskan dan menyelamatkan. Wanita yang sudah 18 tahun diikat
oleh roh hingga menjadi bungkuk disembuhkan Yesus hanya dengan berkata: “Hai
ibu, penyakitmu telah sembuh”! Pada saat itu juga wanita sembuh dan bebas dari
kuasa setan yang telah mengikatnya (Luk 13:10-17). Yesus mengajak kita untuk mengasihi
sesama dengan kata-kata yang menimbukkan rahmat, dorongan, semangat, kekuatan. Sumber
untuk mengucapkan kata-kata berkat itu berasal dari hati, maka jagalah hati
agar selalu penuh kasih dan kebaikan. Mulut itu hanya alat yang dipakai untuk
mengucapkan apa yang datang dari hati. supaya kata-kata kita tidak hampa maka
hati harus dibersihkan dari segala sampah dosa, iri benci dan dendam. Hendaknya
hati selalu diisi dengan cinta, damai dan kasih karunia Roh Kudus. Amin