Saat ajang pilkades (pemilihan kepala desa), bapak
Gervas, seorang pensiunan guru ingin maju menjadi kepala desa karena hendak
memajukan desanya yang sampai itu kelihatan belum tampak kemajuannya. Pada hal dia
tahu sudah banyak bantuan desa yang diterima oleh para kepala desa sebelumnya,
tetapi hasil pembangunannya tidak kelihatan. Masa kampanye diberi waktu sebulan
dan pak Gervas pun mulai bergerilya
siang malam dari rumah ke rumah di beberapa kampung untuk menyampaikan niat
sertta visi misinya. Ia senang karena masyarakat yang menerima dia sangat
antusias mendengarkan paparan visi misinya itu. Sementara itu seorang calon
lain, pak Remi, melakukan hal yang sama. Modalnya ialah ia menunjukkan hasil
usaha nyatanya yang ia bangun sejak lama di kampungnya. Ia termasuk petani
kopi, cengkeh dan peternak babi yang sangat berhasil. Ia menjanjikan banyak hal
yang menjadi program kerjanya nanti bila ia terpilih menjadi kepala desa.
Program yang sangat menarik bagi masyarakat yang kebanykan petani.
Selesai pemilihan, perhitungan
suara dimenangkan oleh pak Remi dengan prosentase yang sangat meyakinkan 76%,
sedangkan Bapak Gervas hanya mendapatkan sisanya, 24%. Pak Gervas marah-marah
dan mengumpat masyarakat. Ia mencap mereka munafik sebab janji untuk
memenangkannya tidak terwujud. Pak Gervas stress dan tidak mau mengikuti
kegiatan doa di lingkungannya sebab di lingkungannya itu ia kalah telak. Semua
niat baik dalam visi misinya gagal sebab dia gagal terpilih.
Dibanding dengan rencana
manusia di atas, rencana Tuhan tentu tak pernah gagal. Sebab Tuhan mahakuasa,
dan Tuhan menggerakkan hati manusia untuk mewujudkan rencana-rencanaNya. Pada
Tuhan tak ada yang sulit, pada Tuhan tak ada yang mustahil. Ayub mengakui
kebesaran Tuhan sejak ia kaya raya lalu menderita akibat musibah yang besar
dalam hidupnya, tetapi ia tetap percaya akan kemuliaan Tuhan sehingga kemudian
hidupnya dipulihkan dengan berlipat ganda (Ayb 42:1-3.5-6.12-16). Cerita Ayub
ini hebat, mengerikan, menegangkan, namun ia tetap setia pada imannya lalu
dipulihkan. Cerita ini mau mengajarkan kita tentang rencana-rencana Tuhan yang
ajaib dalam hidup seseorang, yang sering tak bisa dimengerti selain mengimaninya
dalam sikap setia dan pasrah. Semua rencana Tuhan bertujuan untuk keselamatan,
apakah caranya melalui pengalaman yang baik ataukah buruk, Tuhan membiarkan
semuanya itu berjalan dalam pantauan-Nya, sesuai rencana-Nya yang agung.
Rencana Tuhan yang dikerjakan
para murid dalam perutusan mereka berjalan sukses. Orang sakit disembuhkan,
kuasa setan dikalahkan dan semua murid bersukacita menyaksikan semua itu. Akan tetapi
Yesus mengingatkan mereka bahwa semua itu tidak penting sebab yang paling
penting adalah “bersukacitalah karena
namamu ada terdaftar di sorga." Kemenangan seringkali membuat manusia
sombong dan lupa daratan, seolah-olah segala sesuatu yang terjadi dalam hidup
ini semata-mata terjadi karena kepandaian manusia itu sendiri, bukan campur
tangan Tuhan. Pemazmur bilang: jikalau bukan Tuhan yang membangun rumah,
sia-sialah para pembangun bekerja. Jikalau bukan Tuhan yang menolong kita dalam
semua pekerjaan baik, tak mungkin semuanya dapat terlaksana dengan baik. Ukuran
Tuhan bukan pada sukses yang kita capai tetapi pada hasil akhir yang akan raih.
Apakah kesuksesan itu akan menghantar kita masuk surga atau sebaliknya
menjerumuskan kita kepada kesombongan? (bdk Luk 10: 17-24).
Santa Theresia dari
kanak-kanak Yesus, yang pestanya kita peringati hari ini mengajarkan kita bahwa
segala rencana Tuhan akan berhasil dalam diri mereka yang memiliki semangat
kerendahan hati. Dalam autobiografinya ia mengaku bahwa hidupnya diubah oleh
Yesus. Setiap hari ia rindu berjumpa dengan Tuhannya. Dalam penyerahan dirinya
ia selalu berkata: Tuhan Yesus, tentu Engkau senang bila mempunyai mainan. Biarlah
saya menjadi mainan-Mu”. Rencana Tuhan dalam hidupnya terpenuhi secara
sempurna, sebab ia menyerahkan dirinya secara total dalam kegembiraan. Ia ingin
mencapai mencapai kesempurnaan melalui jalan sederhana: hidup selaku anak
kecil, penuh cinta dan iman kepada Tuhan. Demi cita-cita itu ia melakukan
hal-hal kecil dan kewajiban-kewajiban sehari-hari dengan penuh tanggung jawab
karena cinta kasihnya yang besar. Tuhan tak pernah gagal dalam segala rencana-Nya
!