Sabda-MU, Terang Bagi Jalan-ku…!

Sabda-MU, Terang Bagi Jalan-ku…!
❝ Your Word is A Lamp for My Feet, A Light for My Path. ❞     「Psalm 119:105  —  The New American Bible, Revised Edition (NABRE).」

Alkitab On-Line

 

Alkitab On-Line :

Ketik Kata atau Ayat :

Alkitab    Bahan

Amazon Associates Rotating Banner

Search Engines with English Only

Senin, Oktober 10, 2016

JANGAN TUNDUK DI BAWAH PERHAMBAAN !



Pada suku bangsa yang hingga dewasa ini masih membagi status masyarakatnya ke dalam kasta-kasta, akan sangat jelas perbedaan hak dan kewajiban antara golongan yang berkasta tinggi dengan golongan berkasta rendah. Yang berkasta tinggi mendapat banyak hak dan privilese istimewa tetapi yang berkasta rendah hak-hak asasinya sangat dibatasi sembari dibebani dengan kewajiban-kewajiban yang berat. Berpastoral di tengah suku bangsa seperti ini akan jauh lebih berat daripada berpastoral di tengah suku bangsa tanpa perbedaan status, terutama kalau suku bangsa itu masih terikat dalam budaya perbedaan yang sangat kuat dan kental. Yang kasta seolah-olah hidup merdeka sedangkan yang kasta rendah hidup dalam perhambaan.

Ketika St. Paulus berbicara tentang anak hamba dan anak merdeka dalam bacaan pertama hari ini, sesungguhnya ia ingin mengajak jemaat Galatia:

Pertama, agar menghargai hak setiap orang sebagaimana statusnya sebagai citra Allah dan anak Allah karena jasa Yesus Kristus. Paulus mengatakan: “sebab Kristus telah memerdekakan kita, supaya kita benar-benar merdeka”. Kita sama di mata Tuhan, dalam status sebagai anak-anak Allah. Tak ada hamba dan tak ada orang merdeka. Bila kita tetap berpegang teguh dalam perbedaan menurut kasta-kasta maka kita menjadi hamba dari adat istiadat yang tidak memerdekakan.  

Kedua, agar jemaat Galatia berusaha membebaskan diri dari kecenderungan buruk, hidup dalam dosa atau menjadi hamba dosa. Melalui sakramen baptis hidup kita sudah dimerdekakan dari dosa karena itu hendaknya usaha kita selalu tertuju kepada pemenuhan kehendak Allah dalam kata dan tindakan.

Pada suatu hari para pendengar Yesus (ahli Taurat dan kaum Farisi) meminta Yesus agar melakukan mujizat di depan mata mereka. Tetapi Yesus menolak permintaan dengan pernyataan yang keras: Angkatan ini adalah angkatan yang jahat (bdk Luk 11:29-32). Mengapa mereka menuntut tanda? Mereka masih ragu dengan status Yesus. Mereka berpikir Dia adalah anak petani miskin dari kampung Nasareth. Dengan latarbelakang seperti itu tidak mungkin Dia bisa melakukan mujizat-mujizat seperti yang mereka dengar selama ini. Mereka ini masih hidup dalam pola pikir lama bahwa yang bisa melakukan karya besar seperti itu hanyalah orang dari golongan menengah ke atas, berdarah bangsawan dan dari keturunan para raja. Di sini kita akan ingat pada bab permulaan Injil Mateus yang mengisahkan silsilah keturunan Yesus bahwa Dia berasal dari keturunan raja Daud, maka pantaslah kalau Dia bisa memiliki anugerah hebat seperti itu dari Tuhan.

Kalau orang-orang yang menuntut ini tidak percaya akan kuasa Allah pada diri Yesus berarti mereka masih hidup di bawah perhambaan dosa: tidak menghargai derajat sesama sebagai citra Allah, hidup dalam kecurigaan dan iri hati pada kehebatan orang lain, selalu ingin menciptakan permusuhan dengan sesama yang sesungguhnya bukan musuh, suka mempertahankan statusquo bahwa status mereka lebih tinggi dari yang lain.

Ada pelbagai macam bentuk perhambaan dalam hidup ini, teristimewa kuasa dosa yang merasuki hidup kita. Berdirilah teguh dalam iman akan Tuhan Yesus Kristus, sebab Dia telah memerdekakan kita. Amin.    

Adhitz Ads