Kita semua telah mengimani
sabda Allah sebagai kebenaran, penuntun dan jalan untuk mencapai perjumpaan
yang lebih dalam dengan Tuhan, Sang Sabda itu sendiri. Perintah Tuhan Yesus
untuk pergi ke seluruh dunia mewartakan sabda-Nya telah dijalankan para rasul
sesudah kejadian besar di Yerusalem, Pentakosta. Semua orang yang mendengar
sabda itu dan percaya, dibaptis dan mereka resmi disebut pengikut Yesus
Kristus, menjadi Kristen. Semua orang Kristen percaya bahwa sabda Allah itu
adalah jalan, kebenaran dan hidup, yang memimpinnya mencapai keselamatan kekal.
Sabda itu adalah Allah sendiri, yang telah menjelma menjadi manusia dalam diri
Yesus. Memelihara sabda sama dengan:
a. Memelihara
hubungan baik dengan Tuhan sendiri, sekaligus
b. Berusaha
untuk membacanya setiap hari, merenungkannya dan menghayati sabda itu sebagai
kebenaran, pedoman dan penuntun,
c. Mempraktekannya
dalam hidup, agar bisa mencapai persatuan dengan Tuhan dan memperoleh
keselamatan.
d. Setelah
mencapai persatuan dengan-Nya, orang yang percaya itu wajib mengajarkan,
mewartakan dan memberi kesaksiannya kemana saja hingga ke ujung dunia
Seorang ibu yang mendengar
pengajaran Yesus merasa terpesona saat mendengarkan pengajaran itu hingga ia
mengatakan: “Berbahagialah ibu yang yang telah mengandung dan menyusui Engkau”.
Mengapa? Sabda itu pasti menyentuh hatinya, mengobarkan semangatnya untuk
berubah, bertobat atau merasa diteguhkan, disembuhkan atau dikuatkan. Sabda
yang diucapkan-Nya penuh daya dan kuasa yang membebaskan sehingga tak ada kata
lain yang keluar dari mulut sang ibu selain: Engkau luar biasa, betapa
menyenangkan kata-katamu dan berbahagialah ibu yang mengandung dan
menyusui-Mu...(Luk 11:27-28)
Kekaguman ibu ini mengingatkan
saya akan banyak peristiwa dalam Gereja kita, di saat orang keluar dari Gereja,
banyak orang kadang-kadang memberikan kesan positip terhadap kotbah yang menarik
dan menyentuh hati dari pastor yang merayakan ekaristi hari itu dan mereka
memperbincangkannya terus menerus di jalan atau di rumah. Setelah mendengarnya,
mereka tidak hanya diam tetapi memperbincangkannya lagi sambil coba
menghayatinya. Kekaguman ibu yang mendengar sendiri kotbah Yesus di atas tentu
jauh lebih kuat lagi pengaruhnya dalam hidup ibu itu. Sabda-Nya luar biasa
sebab Dia adalah sabda itu sendiri dan Dia memang luar biasa. Dia, manusia
Ilahi yang tak ada tandingannya dengan para orator ternama dan terkenal
sekalipun di bumi ini. Akibat kekaguman pada sabda-Nya itu begitu banyak orang
tertarik kepada-Nya meninggalkan segalanya dan mengikuti Dia....
Kata Paulus: Yesus adalah
pemenuhan janji Bapa sejak awal. Sebelum Yesus datang, hidup manusia dituntun
oleh Taurat (hukum adat istiadat – agama asli) dan karenanya kita berada di
bawah hukum Taurat. Tetapi setelah Dia datang, hidup kita dituntun oleh-Nya,
sebab DIA adalah sabda Allah yang sempurna dan oleh-Nya kita dijadikan
anak-anak Allah melalui rahmat pembaptisan. Di dalam Dia tak ada lagi perbedaan
antara orang Yahudi atau Yunani, orang merdeka atau hamba, karena hidup kita
diselamatkan oleh Dia, yang telah wafat dan bangkit bagi kita (bdk Gal
3:22-29).
Tugas kita sepanjang masa
adalah menjaga sabda-Nya dengan memelihara hubungan akrab - kasih dengan-Nya,
meresapi sabda-Nya, menghayati hidup-Nya dan mengandalkan Dia dalam segala hal
dalam ucapan syukur, baik dalam suka maupun dalam duka. Terpujilah Sang Sabda
yang menjelma menjadi manusia !