Ketika
menulis renungan ini saya teringat akan syair lagu nasional: SATU NUSA, SATU
BANGSA, SATU BAHASA... Syair lagu yang mengingatkan kita bahwa bangsa
Indonesia, dari Sabang sampai Merauke, menjadi satu bangsa yang besar dan kaya
raya dari segi sumber daya alamnya. Bangsa yang sangat beragam terdiri dari
pulau-pulau, suku, bahasa, agama dan budaya, kesenian dll. Mengingat semua ini
tentu kita bangga menjadi bangsa Indonesia dan berharap kekuatan persatuan ini
terus menerus dipelihara oleh anak cucu kita sehingga kita akan selalu menyebut
negeri ini: Indonesia Raya dan layak menyanyikan Imdonesia Raya dalam setiap
apel mingguan dan apel hari-hari raya Nasional. Kita semua wajib menjaga
kesatuan dan keutuhan negeri ini agar bertumbuh menjadi negara yang kuat dan
boleh mengambil bagian dalam pembangunan dunia yang damai.
Tuhan
Yesus mengingatkan para pendengarnya agar mereka pandai-pandai melihat gelagat
alam dan tanda-tanda zaman yang mengancam kesatuan hidup sebagai anak-anak
Allah. Bila kita berperkara dengan sesama yang menjadi lawan kita, berusahalah
berdamai supaya kita tidak terjerumus ke dalam kesulitan yang lebih buruk.
Hidup dalam dunia ini banyak ancaman dan godaan untuk memecah belah keutuhan
hidup sebagai anak-anak Tuhan yang sama. Bila tidak berdamai, penjara
penderitaan sudah siap mengurung kita dalam kesulitan-kesulitan hidup yang
lebih berat lagi (bdk Luk 12:54-59).
Menyadari
adanya gangguan dan godaan perpecahan yang diciptakan dengan sengaja oleh
musuh-musuh kehidupan ini, St. Paulus dari dalam penjara di Roma menulis suatu
nasihat yang sangat indah hari ini: “Hendaklah
kamu selalu rendah hati, lemah lembut, dan sabar. Tunjukkanlah kasihmu dalam
hal saling membantu. Dan berusahalah memelihara kesatuan Roh oleh ikatan damai
sejahtera: satu tubuh, dan satu Roh, sebagaimana kamu telah dipanggil kepada
satu pengharapan yang terkandung dalam panggilanmu, satu Tuhan, satu iman, satu
baptisan, satu Allah dan Bapa dari semua, Allah yang di atas semua dan oleh
semua dan di dalam semua” (bdk Ef 4:1-6). Mungkin pada saat ia berada di
penjara, ia mengikuti berita-berita dari wilayah misi tempat ia pernah berkarya.
Ia menyayangi dan terus menerus mendoakan mereka jemaat Efesus agar mereka selalu
hidup dalam persaudaraan yang utuh dan ditandai dengan semangat persatuan,
sebab mereka semua telah dibaptis untuk mengimani Tuhan yang sama, satu Allah
dan Bapa sekalian orang. Sebagai anak dari satu Bapa, hidup dalam kasih
persaudaraan itu merupakan faktor penting untuk menjaga keutuhan dan persatuan
dari komunitas Kristiani. Kekuatan persatuan karena iman yang sama, kepada
Allah yang sama adalah sebuah dasar yang kokoh bagi kita untuk melanjutkan karya
keselamatan Tuhan di bumi ini.
Bersatu
kita teguh tetapi bercerai kita runtuh. Prinsip ini tetap dipelihara oleh Gereja
Katolik di bawah kepemimpinan yang satu, kudus dan apostolic dalam kesatuan
yang dipelihara oleh para hierarkhi Gereja dari pusatnya di Roma hingga ke
segenap penjuru dunia. Gereja kita dibangun atas dasar iman yang sama, akan
Allah Bapa sebagai Pencipta, Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juru Selamat dan
Roh Kudus, Penolong dan Penghibur. Rumusan doa Credo itu inti yang
mempersatukan kita semua. Semuanya satu di dalam iman yang sama !