Pastor Ardy adalah seorang
imam yang baru dua tahun ditugaskan uskupnya memimpin sebuah paroki dalam
keuskupannya. Ketika pastor ini dipindahkan ke situ, paroki ini masih berstatus
sebagai pra-paroki. Tidak ada fasilitas apapun di situ selain sebuah gedung
gereja terbuat dari bambu, sedangkan pastor Ardy tinggal di paroki pusat.
Melihat keadaan itu, pastor ini setiap hari mengambil waktu sejam atau lebih untuk
bermeditasi di depan sakramen mahakudus sambil berdoa Bapa Kami, memohon kepada
Tuhan agar diberikan rejeki supaya ia bisa membangun fasilitas seperti pastoran
dan Gereja di calon paroki ini. Setelah 3 bulan ia berdoa dan berdoa, datanglah
rejeki yang diberikan Tuhan berupa pelbagai sumbangan uang, batu, semen, pasir.
Dengan modal ini ia membangun pastoran dan dalam waktu relatif singkat bangunan
pastoran berlantai dua itu selesai.
Setelah pastoran selesai ia pun langsung menetap di situ supaya bisa
berada dekat dengan umatnya dan merayakan ekarsti di gereja bambu itu.
Setelah menetap di calon
paroki itu ia pun merayakan ekaristi dari kelompok ke kelompok untuk memotivasi
umat agar mulai bergotong royong membangun aula disusul gedung gerejanya.
Meditasi doa Bapa Kami pun terus ia lakukan dengan tekun dengan intensi yang
sama: berilah rejeki untuk membangun aula dan Gereja. Dalam waktu setahun aula
pun selesai dibangun dan untuk sementara mereka memakai aula itu untuk
merayakan ekaristi, sambil terus mulai membangun gedung gereja yang baru dan
kini sementara berjalan. Setelah aula dipakai pra-paroki itu pun diresmikan
menjadi paroki dengan nama: Paroki Bunda Maria Segala Bangsa. Dengan bangga
pastor Ardy memberi kesaksian kepada kami bahwa ini semua terjadi berkat doa
Bapa Kami, doa yang diajarkan Yesus sendiri kepada para murid-Nya. Pastoran,
aula dan gereja adalah fasilitas yang penting untuk sebuah paroki. Untuk
kepentingan itu Tuhan sendiri mengetuk hati umat dan para penderma agar mau
memberikan sumbangan apa saja yang perlu sehingga proses pembangunan ini dapat
berjalan lancar. Puji Tuhan! Berilah kami rejeki sungguh tersedia melalui
umat-Nya, dari mana saja.
Hari ini Tuhan Yesus
mengajarkan doa Bapa Kami setelah para murid meminta-Nya untuk mengajarkan doa
(Luk 11:1-4). Sejak saat itu para murid tentu mulai mendoakan doa bersangkutan.
Kita tahu meski pun tak pernah ditulis bagaimana kesaksian para rasul tentang
mujizat dari doa ini, namun sejak saat itu doa Bapa Kami menjadi doa resmi di
kalangan para rasul sendiri, lalu kemudian diwariskan dalam Gereja, baik dalam
ekarsti, upacara sabda maupun dalam devosi rosario, koronka, dll. Kesaksian
tentang doa ini telah saya tulis dua kali melalui media ini dan semuanya
merupakan kesaksian tentang mujizat doa Bapa Kami. Doa yang diajarkan Tuhan
sendiri menurut kesaksian St. Bernadeta adalah doa yang sangat berkenan kepada
Bapa sebab didalamnya terkandung ungkapan iman akan kemuliaan, kebaikan, dan
kehendak Tuhan sendiri. Kebenaran ini disampaikan Bunda Maria dalam
penampakannya kepada Bernadeta di Lourdes, Perancis.
Meski Paulus tidak mendengar
dan melihat langsung pengajaran dari Yesus dalam hidupnya sebagai orang Yahudi,
namun ia sendiri yakin akan panggilannya dan akan kasih karunia yang
diterimanya dari Tuhan sendiri. Paulus memiliki pengalaman rohani yang luar
biasa. Ia sendiri yakin akan kebenaran pengalaman itu. Karena itu tidak
segan-segan ia memberi kesaksiannya tentang pengalaman itu kepada orang-orang
yang mendengar pewartaannya, baik di hadapan para rasul sendiri maupun
dihadapan bangsa tak bersunat. Sebagai seorang rasul yang taat kepada para
rasul utama, Paulus taat kepada para rasul ini dan semua yang didengarnya dari
mereka, tentu termasuk ajaran tentang doa Bapa Kami ini.
Meminta berilah kami rejeki
tentu bukan saja menjadi intensi kepada pastor Ardy tetapi intensi dari semua
orang yang membutuhkan bantuan dari surga. Pasti Bapa yang mahabaik itu selalu
siap !