Ada
banyak orang dalam sejarah manusia yang dipakai Tuhan untuk mewujudkan rencana-rencana-Nya.
Misalnya: Rencana untuk mendirikan kongregasi religius dalam gereja katolik, ia
memilih seorang beriman (laki-laki atau perempuan dari rohaniwan atau religius)
untuk mewujudkannya, sehingga banyak sekali kongregasi religius bertumbuh dalam
gereja dengan kekayaan visi misinya masing-masing; rencana untuk memerdekakan
suatu bangsa dari penjajahan, ia memilih seorang pejuang kemderkaan untuk
melawan para penjajah dan negara itu dimerdekakan; rencana untuk menyelamatkan
manusia dari penindasan suku, ras dan bangsa, ia memilih seorang pejuang hak
azasi manusia; rencana untuk membebaskan manusia dari suatu penyakit tertentu ia
memilih seorang yang dapat menemukan obat untuk menyembuhkannya; rencana untuk
menghancurkan kekuatan komunisme di Rusia, ia memilih seorang presiden yang
bisa bekerja sama dengan pemerintah negara lainnya dan gereja katolik, maka komunisme
Rusia yang kuat itu hancur berantakan, dll. Meskipun para pejuang, pendiri
kongregasi, penemu obat-obatan, dll itu menemukan banyak hambatan dalam usaha
mereka, tetapi karena semua itu terjadi dalam rencana keselamatan Tuhan, maka sekuat
apapun hambatannya, rencana Tuhan tetap terwujud.
Demikianpun
Musa yang memimpin bangsa Israel keluar dari tanah Mesir. Ada banyak sekali
hambatan yang ditemukan Musa dalam perjalanan menuju tanah terjanji, Kanaan. Akan
tetapi karena usaha pembebasan dimulai oleh rencana-Nya, maka sebanyak dan
sebesar apapun tantangannya, rencana itu akan sampai pada tujuannya. Bacaan pertama
hari ini mengisahkan tantangan yang dihadapi bangsa Israel. Orang-orang Amalek
menghadang perjalanan bangsa ini dengan berperang. Peperangan itu tampaknya
tidak seimbang sebab bangsa Amalek itu kuat sekali. Musa tetap mengandalkan
Tuhan. Ia menyuruh Yosua untuk memimpin peperangan itu, sedangkan ia sendiri
duduk di puncak bukit bersama Harun dan Hur. Kalau Musa mengangkat tangannya
bangsa Israel menjadi kuat, jika ia menurunkan tangannya bangsa Israel menjadi
lemah. Akhirnya Musa harus menopang tangannya di atas batu supaya tangan Musa
tetap terangkat. Tangan Musa yang terangkat ini adalah simbol dari kekuatan
Tuhan yang bekerja dalam dirinya, sehingga bangsa Israel menang perang lalu
merekapun meneruskan perjalanannya. Di tangan Musa ada tangan Tuhan yang
perkasa (Kel 17:8-13).
Akan
tetapi pertolongan Tuhan atas Musa dan bangsa yang dipimpinnya itu bukan
terjadi begitu saja. Dalam perjalanan pengembaraan itu Musa selalu
berkomunikasi dengan Tuhan melalui pujian dan penyembahan yang selalu ia
lakukan. Rencana Tuhan hanya bisa terwujud melalui komunikasi yang intensif
antara orang pilihannya dengan Tuhan sendiri. Dalam arti Musa harus selalu
mendengarkan pimpinan Tuhan melalui doa dan puasa yang dilakukan Musa dan
bangsa Israel sendiri. Sebagai penegasan atas kebenaran ini Tuhan Yesus dalam
Injil hari ini menegaskan bahwa komunikasi dengan Tuhan itu hendaknya dilakukan
setiap hari dengan tiada jemu-jemunya. Sebagai analoginya Tuhan bercerita
dengan bagaimana tekad seorang janda yang selalu datang mengetuk pintu seorang
hakim di kotanya (Luk 18:1-8). Tuhan akan terus mewujudkan rencana-Nya di dunia
jika manusia milik-Nya tetap membangun komunikasi dengan-Nya. Orang beriman
tidak boleh diam. Mereka harus meminta, mengetuk dan bekerja untuk mewujudkan
rencana Tuhan. Doa itu adalah tindakan iman yang mengandalkan campur tangan
Tuhan dalam hidup dan karya kita.
St.
Paulus memberi nasihat kepada Timotius agar ia terus menerus mewartakan sabda
Tuhan, sebab sabda itu adalah perlengkapan senjata Allah untuk menunjukkan
kebenaran. Melalui sabda itu setiap orang beriman hendaknya yakin bahwa tangan
Tuhan akan selalu menyertai mereka dalam mewujudkan rencana-rencanaNya. Jangan takut
terhadap segala tantangan, tetaplah berdoa dan bekerja dengan tekun dan setia,
sebab melalui semua itu Allah juga bekerja dan bertindak untuk menolong
umat-Nya.