Pak Gonsa, demikian ia
dipanggil, datang sore-sore ke pastoran. Ia minta waktu dari pastornya agar mau
mendengarkan dia. Wajahnya tampak susah dan sangat berbeban. Ketika mereka
duduk berdua di ruang tamu, pak Gonsa mulai bercerita keadaan keluarganya.
Istrinya sakit karena lumpuh, anak sulungnya tidak mau meneruskan pendidikannya
di perguruan tinggi, walaupun sudah semester enam. Anak kedua sering tidak
pulang ke rumah karena selalu bepergian dengan teman-temannya. Sementara itu
mereka memelihara babi, beternak ayam, membungakan uang dengan nilai 5%, punya
kebun kopi dan cengkeh dengan hasil penjualan yang besar, sawah pun banyak
tetapi kini kurang diperhatikan saking keadaan yang kurang menyenangkan dalam
rumah tangganya. “Kadang-kadang aku ingin mati saja pastor, ketika memikirkan
semua pekerjaan ini”, kata pak Gonsa. “Sekarang saya sangat berputus asa dan
sesekali berdoa marah pada Tuhan karena mengapa semua ini menimpa saya”
tambahnya.
Demikianlah salah satu penggalan
cerita tentang manusia yang sibuk dengan banyak perkara dunia. Pak Gonsa ingin
memiliki banyak, ia coba berusaha menggerakkan segala lini kehidupannya dengan
banyak kegiatan yang mendatangkan keuntungan. Suatu niat dan usaha yang baik. Namun
ketika niat dan usaha itu tidak sesuai dengan keadaan, keterbatasan yang ada
maka efeknya bukan lagi membahagiakan tetapi menyusahkan. Kata pastor parokinya
itu kepadanya: Pak Gonsa terlampau sibuk dengan banyak perkara, hentikan yang
lain, panggil pulang anak sulung dan usahakan agar segalanya dikerjakan dengan
tenang dalam doa. Engkau mau memiliki banyak, tetapi sayangnya semua itu tidak
memberi kebahagiaan kepadamu, maka tak faedahnya!
Marta ingin melayani Yesus yang
bertamu ke rumahnya. Sebagai yang sulung ia bertanggung jawab mengerjakan segal
hal yang perlu untuk melayani Tuhan. Mungkin ia menyiapkan banyak menu makanan.
Tetapi tatkala ia harus sibuk untuk mempersiapkan semua itu, ia kewalahan dan
mungkin tidak akan selesai pada waktunya, maka ia berpikir meminta bantuan
orang lain. Ia mengeluh pada Yesus tentang saudarinya Maria yang duduk di bawah
kaki Yesus. Yesus langsung mengeritik Marta dan mengatakan: “Marta, engkau
terlalu sibuk dengan banyak perkara. Siapkan seadanya saja! Jangan ganggu Maria
sebab ia masih fokus mendengarkan pengajaran saya” (bdk Luk 10:38-42).
Sibuk dengan banyak perkara
atau kerja menyebabkan manusia cepat lelah, suka mengeluh dan putus asa. Banyak penderitaan dan sakit justru
terjadi karena manusia disibukkan oleh gaya hidup seperti ini.
Paulus, tatkala dia sibuk dalam
gaya hidup lama sebagai seorang ahli Taurat, ia memusuhi para pengikut Yesus
Kristus. Gaya hidup lama sebagai seorang Yahudi yang mau mempertahankan kebenaran
dengan cara pandang lama membuat dia sibuk dengan banyak perkara dan membunuh
orang, melawan hukum cinta kasih. Tetapi ketika dia bertobat dan menerima
Yesus, ia bisa melakukan pekerjaan Tuhan: mewatakan kabar baik dan
menyelamatkan banyak orang. Dia bisa membawa banyak orang kepada keselamatan. Ia
hanya fokus pada Yesus yang dilayaninya dan juga pada umat Allah agar mereka
semua menjadi pewarta kabar baik dalam generasinya nanti (bdk Gal 1:6-12).
Fokuslah pada satu pekerjaan dan
pekerjaan itu akan membuatmu merasakan betapa Tuhan mencintaimu!