Sabda-MU, Terang Bagi Jalan-ku…!

Sabda-MU, Terang Bagi Jalan-ku…!
❝ Your Word is A Lamp for My Feet, A Light for My Path. ❞     「Psalm 119:105  —  The New American Bible, Revised Edition (NABRE).」

Alkitab On-Line

 

Alkitab On-Line :

Ketik Kata atau Ayat :

Alkitab    Bahan

Amazon Associates Rotating Banner

Search Engines with English Only

Minggu, November 06, 2016

CEMAS AKAN HIDUP KEKAL?



Hampir semua agama berbicara tentang adanya hidup kekal. Namun pertanyaan bagaimana keadaan hidup kekal itu masih menghantui pikiran dan perasaan banyak orang, walaupun agamanya masing-masing telah coba menjelaskannya dengan menguitip ayat-ayat Kitab Suci juga menceritakan pengalaman orang-orang kudus. Ada yang berpikir bahwa hidup kekal adalah lukisan kebahagiaan bagi jiwa-jiwa yang selamat dan keadaan mereka seperti malaikat atau bidadari. Ada juga yang mengatakan bahwa hidup kekal itu semu, semua cerita tentang hidup kekal seperti ajaran-ajaran agama itu hanyalah hiburan semu supaya manusia tidak takut mati. Ada yang masih berpikir bahwa hidup kekal itu adalah sebuah keadaan seperti yang terjadi seperti hidup di bumi ini.

Pandangan terakhir di atas ada di antara orang Yahudi dari golongan Saduki. Mereka membuat pertanyaan aneh kepada Yesus dengan kisah tentang seorang wanita yang menikah dengan 7 bersaudara yang semuanya mati setelah menikah dengannya. Pertanyaan mereka kepada Yesus: dalam hidup kekal siapa yang bakal memperisterikan dia? Jawab Yesus kepada mereka: "Orang-orang dunia ini kawin dan dikawinkan, tetapi mereka yang dianggap layak untuk mendapat bagian dalam dunia yang lain itu dan dalam kebangkitan dari antara orang mati, tidak kawin dan tidak dikawinkan. Sebab mereka tidak dapat mati lagi; mereka sama seperti malaikat-malaikat dan mereka adalah anak-anak Allah, karena mereka telah dibangkitkan” (bdk Luk 20:34-36). Pendapat Tuhan Yesus ini adalah pandangan Gereja Katolik tentang hidup kekal. Hidup kekal ada dan keadaannya seperti yang dilukiskan itu, hidup mereka seperti para malaikat, penuh sukacita dalam pujian dan penyembahan kepada Sang Raja Agung. Agar kita bisa masuk ke dalam hidup kekal, taatilah perintah dan hukum-hukum Tuhan.

Taat dan setia pada hukum Tuhan itulah menguatkan iman seorang ibu dan 7 orang anaknya yang ditangkap oleh raja Antiokhus Epifanes. Mereka dipaksa untuk melanggar hukum Tuhan yang terwaris secara turun temurun. Tetapi mereka menjawab raja dan mengatakan: "Apakah yang hendak baginda tanyakan kepada kami dan apakah yang hendak baginda ketahui? Kami lebih bersedia mati dari pada melanggar hukum nenek moyang." "Memang benar kau, bangsat, dapat menghapus kami dari hidup di dunia ini, tetapi Raja alam semesta akan membangkitkan kami untuk kehidupan kekal, oleh karena kami mati demi hukum-hukum-Nya!". "Sungguh baiklah berpulang oleh tangan manusia dengan harapan yang dianugerahkan Allah sendiri, bahwa kami akan dibangkitkan kembali oleh-Nya" (bdk 2 Mak 7:1-2.9-14). Ketaatan kepada Allah adalah sebuah harga mati, tak bisa ditawar-tawar oleh harta dan jabatan apapun. Ketujuh kakak beradik ini semuanya rela mati demi iman akan Allah yang telah menyediakan hidup kekal. Mereka semua tidak cemas akan kematian karena mereka percaya akan kebangkitan dan hidup kekal.

Secara implisit St. Paulus menasihati jemaat Tesalonika tentang hidup kekal dengan mengatakan: “Ia, Tuhan kita Yesus Kristus, dan Allah, Bapa kita, yang dalam kasih karunia-Nya telah mengasihi kita dan yang telah menganugerahkan penghiburan abadi dan pengharapan baik kepada kita, kiranya menghibur dan menguatkan hatimu dalam pekerjaan dan perkataan yang baik” (bdk 2 Tes 2:16-3:5). Dalam kata penghiburan abadi tersirat keyakinan Paulus akan adanya hidup kekal.

Hidup kekal dalam agama Yahudi, telah terwaris secara turun temurun. Pandangan ini dikukuhkan Tuhan Yesus sendiri dan diteruskan oleh St. Paulus. Semua pandangan ini didogmakan Gereja dalam rumusan CREDO – doa Aku percaya. Dengan demikian sesungguhnya kita jangan cemas tentang bagaimana hidup kekal itu. Hendaknya kita cemas kalau kita tidak setia dan tidak taat pada hukum Tuhan. Amin

Adhitz Ads