Kalau
Anda pernah membaca tentang: pertama karya seni bangunan kenisah
Yerusalem, dalam kaitan dengan bentuknya, arsitektur tiang-tiangnya, altarnya, lampu-lampu
hiasnya, bahan-bahan bangunannya, pasti Anda akan sangat mengagumi raja Salomon
yang merancang pendiriannya, arsitek yang menggambar dan membangunnya. Kayunya adalah
kayu terpilih, yakni kayu aras dan sanobar, yang tidak akan dimakan ngengat, emas
dan perak yang menghiasi intereornya, takhta untuk imam agungnya, lamanya waktu
yang dipakai untuk membangunnya, dll, maka Anda akan mengatakan luar biasa
indahnya bangunan ini. Ditinjau dari segi peruntukannya maka Anda akan
mengatakan: sepantasnya kenisah itu sedemikian megahnya (1 Raj 6:1-38). Kedua,
kalau Anda juga membaca berapa banyak hewan yang dipotong saat pembaptisannya
dan suasana ilahi yang kelihatan saat Salomon berdoa, sungguh betapa megahnya
kenisah itu.
Semua
orang mengagumi megahnya kenisah itu. Namun ketika generasi baru, pada zaman
hidupnya Tuhan Yesus, para pedagang dan penukar uang tidak lagi menghargai
kemegahan tempat suci itu, maka seenaknya mereka berdagang di sekitarnya bahkan
hingga masuk ke dalamnya. Melihat keadaan itu, serentak saja Yesus mengambil
tali, memintalnya lalu mencambuki para pedagang dan memporakporandakan semua meja
dari para penukar uang dan pedagang merpati. Yesus marah dan berkata: "Ada tertulis: Rumah-Ku adalah rumah
doa. Tetapi kamu menjadikannya sarang penyamun." (Luk 19:45-48).
Dalam
perjanjian baru, kenisah atau bait Allah dipakai untuk melambangkan tubuh kita.
St. Paulus menulis: tubuhmu adalah kenisah Roh Kudus. Jika tubuh kita
dilambangkan oleh kenisah (di Yerusalem) yang dicemari oleh perilaku buruk dari
para pedagang dan penukar uang, maka dengan jujur kita juga mengakui bahwa kenisah
tubuh kita seringkali kita cemari dengan kelalaian, kesalahan dan dosa-dosa
lainnya. Maka untuk itu kita perlu membersihkan diri dari dosa dengan bertobat
dan tidak membiarkan tubuh ini menjadi sarang penyamun (dosa). Setiap hari kita
selalu menghiasi tubuh lahiriah dengan penampilan yang “keren”, penampilan tubuh
rohaniah seharusnya lebih baik, lebih hebat alias selalu bersih dan suci di
mata Tuhan.