Sabda-MU, Terang Bagi Jalan-ku…!

Sabda-MU, Terang Bagi Jalan-ku…!
❝ Your Word is A Lamp for My Feet, A Light for My Path. ❞     「Psalm 119:105  —  The New American Bible, Revised Edition (NABRE).」

Alkitab On-Line

 

Alkitab On-Line :

Ketik Kata atau Ayat :

Alkitab    Bahan

Amazon Associates Rotating Banner

Search Engines with English Only

Selasa, November 08, 2016

HENDAKNYA ENGKAU JUJUR !



Mencari orang jujur dan bersungguh-sungguh dalam bekerja di negeri ini bagaikan mencari sebutir pasir berwarna emas di antara sekubik tumpukan pasir. Sukar dan susah didapat. Terbentuknya Badan Pemeriksa Keuangan dan Komisi Pembertantasan Korupsi hingga dikeluarkannya perintah Presiden untuk memberantas pungli alias pungutan liar tidak lain karena kejahatan yang berurusan dengan uang (korupsi dan pungutan liar) telah menjadi budaya yang terpelihara dengan rapi dan bertumbuh subur. Budaya malas atau sedikit bekerja bukan lagi dianggap sebagai kelemahan yang harus diperbaiki tetapi justru menjadi kebanggaan dari banyak orang yang duduk ongkang-ongkang baik pada kantor pemerintah dan maupun swasta. Namun di balik kemalasan itu nafsu untuk mendapatkan uang dengan cara yang tidak halal justru menjadi kesenangan dan kesempatan untuk memperoleh kekayaan. Mau kaya tetapi dengan cara yang tidak jujur. Mereka ingin jadi kaya di atas kemalasan, tetapi kuat menghitung jasa meskipun punya gaji. Uang pungli dipoles menjadi uang jasa, uang korupsi dibilang uang lelah. Saya teringat akan syair sebuah lagu yang berbunyi: memang lidah tak bertulang tak terbatas kata-kata. Ya, orang tidak jujur pandai bersilat kata demi uang yang tidak halal.

Sebagai pengusaha meubel, Presiden Jokowi telah mengalami bagaimana ia berhadapan dengan urusan ekspor impor. Ia tahu di sana banyak lidah tak bertulang demi membuat saku menjadi tebal. Ketika menjadi Presiden yang ia tertibkan pertama-tama adalah urusan dwelling time di pelabuhan. Penertiban ini sesuai juga dengan visi misi pemerintahannya: gerakan revolusi mental. Melayani dengan cepat supaya perputaran ekonomi lancar dan cepat. Perbuatan atau sifat tidak jujur berhubungan dengan mental yang buruk.

St. Paulus tahu bahwa kalau hidup manusia ditandai oleh ketidakjujuran maka rusaklah seluruh daya dan semangat orang bersangkutan untuk menjadi orang baik. Tidak jujur adalah sebuah lubang atau kelamahan yang membuka banyak dosa. Karena itu ia menasihati Titus dengan mengatakan: “Hendaklah engkau jujur dan bersungguh-sungguh dalam pengajaranmu, sehat dan tidak bercela dalam pemberitaanmu sehingga lawan menjadi malu, karena tidak ada hal-hal buruk yang dapat mereka sebarkan tentang kita” (bdk Tit 2:1-8;11-14). Dua hal penting yang patut dipegang di sini: Pertama, kejujuran adalah sebuah senjata untuk mengalahkan musuh. Kedua, kejujuran adalah sebuah alat atau tongkat yang kita pakai untuk mencapai semua tujuan yang baik dari cita-cita dan perjuangan hidup kita.

Kejujuran pada zaman hidupnya Tuhan Yesus sungguh dihayati oleh para hamba yang bekerja melayani pada tuan mereka. Para hamba selalu siap untuk mengerjakan apa saja yang diminta ataupun tidak diminta oleh tuan mereka, kapan saja dan di mana saja. Pengabdian para hamba ini tulus sebab mereka karena baik buruknya nasib hidup mereka sungguh bergantung pada tuan mereka masing-masing. Karena itu Tuhan memberi nasihat demikian: “Apabila kamu telah melakukan segala sesuatu yang ditugaskan kepadamu, hendaklah kamu berkata: Kami adalah hamba-hamba yang tidak berguna; kami hanya melakukan apa yang kami harus lakukan." (bdk Luk 17:7-10). Dalam kalimat hamba yang tak berguna sesungguhnya tersirat secara implisit tentang tuntutan kejujuran bagi seroang hamba, yaitu melakukan apa yang harus dilakukan, tanpa berpikir tentang jasa, uang tip, dsb.

Orang jujur sukar dicari tetapi kejujuran seorang bisa mengubah negeri menjadi makmur dan mengubah duka menjadi sukacita sebab hidup mereka membuat banyak orang bisa menikmati rahmat surgawi yang tak pernah kering.

Adhitz Ads