Tahun
1990-an saya menginap di rumah penginapan Serikat Sabda Allah Yogyakarta. Saat
itu ada kegiatan seminar dari satu kelompok tertentu yang menghadirkan sekitar
30-an orang dan menginap juga di rumah penginapan itu. Bagian belakang dari
setiap kamar tersedia tempat jemuran. Ketika saya hendak menjemur pakaian,
tiba-tiba mata saya terarah ke tempat jemuran kamar tetangga. Saya melihat
sebuah salib tergeletak di lantai jemurannya. Saya langsung berpikir pasti tuan
kamar sebelah itu telah mencopot salib yang dipasang di kamarnya dan
meletakkannya di situ, karena merasa terganggu dengan kehadiran salib itu. Saya
segera menghadap rektor rumah dan menyampaikan apa yang saya lihat. Dugaan saya
benar, tamu yang menginap di situ adalah seorang yang beriman lain. Ia merasa
terganggu dengan adanya salib itu, karena itu ia mencopotnya dan meletakkannya
di lantai tempat jemuran itu. Malam itu tamu tersebut disuruh pergi oleh rektor
rumah dan dilarang menginap di situ karena tidak menghargai simbol iman dari agama
orang lain. Ada banyak cerita tentang orang-orang yang menjadi musuh dari warta
tentang Yesus yang tersalib, sekaligus memusuhi setiap pengikut dari Yesus
Kristus. Ini bukan cerita baru, tetapi cerita yang berlangsung dari zaman ke
zaman sejak Kristus hidup dan disalibkan. Di mana saja di dunia ini ada banyak
orang yang tidak menerima Dia dan memusuhi Dia serta membenci semua simbol
tentang Dia.
Paulus
mendengar dan juga menyaksikan bahwa ada banyak orang yang dia temukan dalam
perjalanan pastoralnya memusuhi para pengikut Yesus Kristus dan juga simbol
tentang Yesus. Ia sedih dan menangis karena keadaan ini. Meski ia sendiri pernah
bersikap seperti itu, namun kini dalam kesadaran imannya yang baru, ia meminta
agar jemaat di Filipi tetap berdiri teguh pada iman mereka akan Kristus. Sebab hidup
di dunia ini adalah hidup dalam penantian akan Sang Penyelamat yang akan
mengubah tubuh kita yang hina menjadi serupa dengan tubuh-Nya yang mulia. Oleh permandian
hidup kita menjadi milik Kristus. Dia adalah kepala dan kita adalah anggota
tubuh-Nya yang mulia. Kita menjadi warga Kerajaan Surga oleh karena salib-Nya
(Fil 3:17-4:1)
Banyak
orang tidak menerima atau menolak Yesus Kristus karena mereka masih terikat
kepada pikiran akan harta dunia yang tampaknya menyenangkan dan memberi jaminan
kebahagiaan di dunia ini. Mengapa? Kata Paulus: Tuhan mereka adalah perut,
pikiran mereka adalah perkara dunia. Sama halnya dengan perbuatan bendahara
yang tidak jujur dalam cerita perumpamaan Yesus hari ini. Ketika dia dipecat
karena tidak jujur, ia melakukan manuver lain agar masih bisa bertahan hidup jikalau
ia tidak memiliki pekerjaan lagi. Manuver-manuver seperti itu adalah kecerdikan
anak manusia untuk mempertahankan hidup yang sementara ini, tetapi sayangnya
dilakukan dengan cara yang tidak jujur. Meskipun Yesus tampaknya memuji sikap seperti
itu tetapi itu adalah sikap anak-anak dunia. Kalau Dia mengatakan: anak-anak dunia, itu berarti ia berada
di luar Kerajaan Allah. Walaupun bendahara itu tampak pandai tetapi ia tidak
mendapat bagian hidup seperti anak-anak terang. Dia akan tetap memiliki nasib buruk,
berada di luar keselamatan (Luk 16:1-8). Ini sama nasibnya dengan orang yang
menolak Kristus dan semua simbol tentang Yesus Kristus.
Menolak
salib Kristus berarti menolak Yesus Kristus sendiri, menolak Kristus berarti
menolak keselamatan yang dikerjakan dan diwartakan-Nya. Bagaimana nasib dari
orang-orang yang menolak Dia? Anda dan saya pasti tahu di mana mereka akan
berada !