Yerusalem
adalah sebuah kota yang dibangun kokoh di atas batu karang, baik untuk rumah
penduduknya maupun untuk kenisahnya. Karena itu secara kasat mata ia tampak
kokoh, tak tergoyahkan. Ia digelar kota mulia, setiap orang yang pergi ke sana
akan rindu kembali ke sana, sebab kota ini bersejarah, tempat para raja dan
penguasa dunia ini pernah bertahta, kota bersejarah yang telah menjadi rebutan
antara kaum kafir asal Roma dengan kaum Yahudi keturunan Abraham, Ishaak dan
Yakub, kota di mana para nabi datang dan pergi untuk menyampaikan pesa-pesan
Tuhan, kota tempat di mana Yesus Kristus menerima hukuman mati, dan tempat
darah Ilahi Yesus Kristus telah tertumpah untuk menyelamatkan manusia dari dosanya,
sesudah mengalami pengadilan yang tidak adil, dan kini kota yang menjadi
sengketa antara Istael dan Palestina.
Yerusalem
yang dipuja puji dalam Mazmur karena keindahan batu karang dan kenisahnya yang
megah, karena tahta raja Daud yang kokoh perkasa dan Salomon yang bijaksana,
suatu saat ditangisi dan dinubuatkan Yesus sebagai kota yang akan dikepung para
musuh sehingga temboknya bakal runtuh; dan tak ada satu batu pun yang akan
berada di atas batu yang lainnya akibat keruntuhan itu. “Sebab akan datang harinya, bahwa musuhmu akan mengelilingi engkau
dengan kubu, lalu mengepung engkau dan menghimpit engkau dari segala jurusan, dan
mereka akan membinasakan engkau beserta dengan pendudukmu dan pada tembokmu
mereka tidak akan membiarkan satu batu pun tinggal terletak di atas batu yang
lain, karena engkau tidak mengetahui saat, bilamana Allah melawat engkau." (Luk 19:41-44). Mengapa ada nubuat seperti
itu? Jawabannya tidak lain karena dalam kota itu berdiam para tokoh yang tegar
tengkuk dan rakyat yang tak peduli pada hukum Taurat dan kesucian kenisah. Tangisan
Yesus itu kemudian benar-benar terwujud 40 tahun sesudah kenaikan-Nya, saat
terjadi penganiayaan teristimewa yang dilakukan oleh kaisar Titus pada hari
raya Paska tahun 70 M.
Ketegaran
hati, kesombongan, kepala batu adalah sikap hidup yang tidak sesuai dengan
kehendak Allah. Tuhan Yesus pernah mengatakan: “barangsiapa meninggikan dirinya
ia akan direndahkan”. Meskipun kita tahu bahwa Allah selalu mahabaik dan tidak
menghukum, namun ketika manusia memelihara dan memupuk sifat dan sikap yang
buruk itu, dengan sendirinya sifat dan sikap itu akan berbuah. Yang buruk akan
berbuah buruk. Tuhan membiarkan buah buruk itu terjadi supaya sekali waktu
manusia belajar dari pengalaman buruknya dan kemudian mau bertobat. Tuhan membiarkan
penderitaan (yang dihasilkan oleh perbuatan buruk manusia) terjadi adalah
sebuah bentuk pemurnian bagi manusia itu sendiri, supaya sadar bahwa ketegaran hati,
kesombongan, kepala batu itu adalah dosa.
Dalam
penglihatannya di Patmos, Yohanes melihat seorang yang bertakhta di surga dan
memegang sebuah gulungan Kitab. Seorang malaikat berseru dengan suara nyaring
dan meminta salah seorang dari antara manusia datang membukanya, tetapi tak
seorangpun dari mereka itu layak, selain Anak Domba Allah sendiri, Yesus Kristus
yang telah dengan sempurna menjalankan misi perutusan-Nya menyelamatkan
manusia. Hanya oleh darah-Nya dosa manusia dapat ditebus dan hanya oleh
kuasa-Nya setiap suku, bahasa, kaum dan bangsa dhimpun dan membentuk suatu
kerajaan baru di mana Anak Domba Allah itu sendiri yang akan memerintah sebagai
Raja-Nya.
Dosa
manusia di zaman ini tak terbilang banyaknya dan tak terukur nilai
kejahatannya. Tuhan selalu menangisi kota tempat kediaman kita yang telah
dicemari oleh dosa para penduduknya dan juga menangisi penduduknya yang tinggal
dalam dosa karena tidak mau bertobat. Akan datang saatnya buah dari ketegaran
hati, kesombongan dan kepala batu akan menimbulkan pemurnian besar-besaran bagi
bumi ini dan segenap kaumnya. Waspada dan bersiap sedialah!