Pada
zaman hidupnya bapa-bapa bangsa, Abraham dan keturunannya, keadaan dunia ini
masih sangat primitif bila dibanding dengan keadaan dunia sekarang yang
sedemikian modern. Pikiran dan pandangan mereka akan alam semesta sangatlah
terbatas. Namun mereka memiliki iman yang tak terbatas karena percaya akan
kuasa Allah yang tak terbatas. Karena keyakinan itu Abraham dibawa pergi dari
keterbatasan di kampung Uhr pergi ke tanah terjanji yang membuat hidupnya
melampaui batas pengertiannya sebagai manusia. Di tanah terjanji itu ia mendapatkan
segala yang dijanjikan Allah padanya. Abraham menjadi bapa bagi bangsa-bangsa
yang percaya kepada Allah. Namanya tak akan pernah lenyap dari muka bumi sebab
tercatat dalam buku kehidupan, sebab rencana keselamatan Allah terwujud melalui
dia dan keturunannya.....Isaak, Yakub dst.
Ketika
Yesus Kristus datang dan melaksanakan semua rencana keselamatan Allah dengan
sempurna, semua yang percaya pada-Nya mengandalkan Dia, sebab DIA satu-satunya
Juru Selamat dan tanpa Dia manusia tak dapat berbuat apa-apa untuk
menyelamatkan hidupnya dari dosa dan kematian abadi. Oleh keyakinan ini St. Paulus
dengan tegas mewartakan imannya dan menulis: “Aku tahu apa itu kekurangan dan aku tahu apa itu kelimpahan. Dalam
segala hal dan dalam segala perkara tidak ada sesuatu yang merupakan rahasia
bagiku; baik dalam hal kenyang, maupun dalam hal kelaparan, baik dalam hal
kelimpahan maupun dalam hal kekurangan. Segala perkara dapat kutanggung di
dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku” (Fil 4:12-13). Kuasa Allah yang
tak terbatas itu bekerja secara sempurna dalam diri Yesus Kristus, Allah yang
telah menjelma menjadi manusia. Sebelum bertobat Paulus menolak Yesus, tetapi
setelah bertobat ia menjadi rasul bagi bangsa-bangsa. Pekerjaan dan
pelayanannya menjangkau Roma. Dari dalam penjara ia menulis banyak surat dan ia
bangga dengan pelayanannya itu, karena Kristus telah memberinya kekuatan
surgawi. Paulus hidup dalam iman akan kuasa Allah yang tak terbatas.
Dalam
Injil Yesus menegaskan: "Barangsiapa
setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar.
Dan barangsiapa tidak benar dalam perkara-perkara kecil, ia tidak benar juga
dalam perkara-perkara besar.... Seorang hamba tidak dapat mengabdi kepada dua
tuan. Karena jika demikian ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang
lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain.
Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon." (bdk Luk
16:9-15). Supaya seroang anak manusia dapat menerima dan mengalami kuasa Allah
yang tak terbatas itu, ia perlu memiliki komitmen yang kuat untuk berlaku setia
pada kehendak dan perintah Allah saja....... bukan kepada Allah dan juga
kepada Mamon sekaligus. Mamon itu berarti “rumah harta benda” yang
dibayangkan sebagai oknum yang jahat.
Jika
ingin merasakan kuasa Allah yang tak terbatas mulailah dengan melatih diri untuk
setia dan rendah hati untuk menangani hal-hal kecil, biarkan Roh Kudus yang
memimpin pikiran dan hati kita, dan berlakulah lepas bebas dari segala
keterikatan kepada mamon-mamon yang akan menjauhkan hidup kita dari Tuhan. Amin