Ketika Yakobus, seorang
visioner dari Medjugorje, yang terkecil usianya, diperkenankan Bunda Maria
melihat surga, ia tampak terpesona dan tenggelam dalam rasa takjub. Lalu ia
minta kepada Bunda Maria, agar dia tetap tinggal di sana sebab tidak ingin
pulang. Namun Bunda mengatakan: engkau harus pulang untuk memberi kesaksian
tentang apa yang engkau lihat hari ini. Pemandangan surge itu luar biasa. Demikianlah
juga kesaksian para kudus. Ketika mereka masih hidup dalam dunia, seperti semua
orang hidup lainnya, mereka hidup dalam iman, harapan dan kasih akan Tuhan.
Oleh pewartaan para rasul dan orang-orang yang melihat Yesus pada zaman-Nya,
mereka percaya Yesus pernah hidup, berkarya, wafat tetapi bangkit kembali. Mereka
mengimani Yesus, berharap kepada-Nya dan mengsihi-Nya, mengikuti
perintah-perintahNya, meskipun tidak melihat-Nya. Akan tetapi setelah mereka mati
dan diselamatkan, mereka melihat Tuhan dalam keadaan sebenarnya.
Melihat Tuhan dalam keadaan
sebenarnya, itulah yang dilukiskan oleh Yohanes dalam bacaan pertama, Kitab
Wahyu hari ini (Why 7:2-4.9-14). “Aku
melihat: sesungguhnya, suatu kumpulan besar orang banyak yang tidak dapat
terhitung banyaknya, dari segala bangsa dan suku dan kaum dan bahasa, berdiri
di hadapan takhta dan di hadapan Anak Domba, memakai jubah putih dan memegang
daun-daun palem di tangan mereka. Dan dengan suara nyaring mereka berseru:
"Keselamatan bagi Allah kami yang duduk di atas takhta dan bagi Anak
Domba!". Atau dalam suratnya pada bacaan kedua St. Yohanes mengatakan:
“kita tahu, bahwa apabila Kristus
menyatakan diri-Nya, kita akan menjadi sama seperti Dia, sebab kita akan
melihat Dia dalam keadaan-Nya yang sebenarnya. Setiap orang yang menaruh
pengharapan itu kepada-Nya, menyucikan diri sama seperti Dia yang adalah suci
(1 Yoh 3:1-3). Semua pernyataan ini menunjukkan bahwa semua orang yang mati dan
dikuduskan akan masuk ke dalam Kerajaan Surga dan di sana mereka akan memandang
Tuhan dalam keadaan sebenarnya. Mereka ini tidak mengimani Tuhan lagi, juga
tidak berharap kepada-Nya melainkan menikmati kasih-Nya secara sempurna dan
hidup dalam kebahagiaan selama-lamanya. Mereka semua akan memuji dan
menyembah-Nya serta berkata: "Keselamatan
bagi Allah kami yang duduk di atas takhta dan bagi Anak Domba!"
"Amin! puji-pujian dan kemuliaan, dan hikmat dan syukur, dan hormat dan
kekuasaan dan kekuatan bagi Allah kita sampai selama-lamanya! Amin!". Mereka
menyaksikan pemandangan yang luar biasa dan memuji-Nya tiada henti-hentinya. Inilah
kerinduan setiap orang yang mengimani Tuhan: memandang Dia dalam keadaan
sebenarnya.
Pertanyaannya: Siapa saja yang
boleh masuk dalam Kerajaan-Nya itu? Santu Matius menjawabnya dengan mengutip
jawaban Yesus sendiri ketika Dia berkotbah di sebuah bukit, yaitu: yang miskin, yang berdukacita, yang lemah
lembut, yang lapar dan haus akan kebenaran, yang murah hati, yang suci, yang
membawa damai, yang menderita karena kebenaran, yang difitnah, dicela dan
dianiaya karena Tuhan (bdk Mat 5:1-12). Karena itu jangan pernah meremehkan orang yang hidup
miskin karena kerajaan Allah tetapi mengandalkan Allah, jangan takut akan semua
hal buruk yang terjadi atas diri kita seandainya semua itu terjadi karena Tuhan
atau jangan juga berkecil hati kalau kita melakukan kebaikan dan orang tidak
menghargainya. Tuhan mengatakan: upahmu besar di surga. Ya, yang kita kejar adalah
hasil akhir dari hidup dan itulah yang terpenting , yakni: memandang DIA dalam
keadaan sebenarnya.