Sejak
awal kehadiran-Nya di dunia ini, nama Yesus atau sosok Yesus itu sendiri telah
menjadi topik kekaguman sekaligus bahan perdebatan di antara para ahli Taurat,
orang Farisi, Saduki, raja dan imam agung, para murid-Nya dan juga orang-orang
Yahudi umumnya. Mereka kagum ketika mendengar pengajaran-Nya dan juga kagum
saat Ia melakukan mujizat. Akan tetapi setelah mendengar dan menyaksikan semua
itu mereka juga berdebat karena eksistensinya yang kabur dan samar. Lalu mereka
bertanya: siapakah Dia ini? Dari mana kuasa-Nya? Jawaban awal yang pasti
adalah: Dia orang Nazareth, anak Yosef dan Maria. Tidak lebih. Nikodemus
seorang ahli taurat coba datang kepada-Nya dan bertanya: "Rabi, kami tahu, bahwa Engkau datang sebagai guru yang diutus
Allah; sebab tidak ada seorang pun yang dapat mengadakan tanda-tanda yang
Engkau adakan itu, jika Allah tidak menyertainya”. Dalam percakapan
selanjutnya Yesus tidak mengatakan secara jelas siapakah Dia sehingga identitas-Nya
tetap menjadi pertanyaan, sampai para murid menerima pencurahan Roh Kudus. Roh Kudus
yang tercurah atas diri para rasul itulah yang mengajarkan segala kebenaran
tentang Dia dan mulai saat itu para rasul berani bersaksi siapakah Dia?
Namun
sejak berkembangnya kekristenan di Yerusalem, kehadiran mazhab baru ini
menimbulkan banyak curiga karena mereka membentuk komunitas sendiri. Komunitas baru
ini berkembang begitu pesat dan mereka mengaku diri sebagai pengikut Yesus
Kristus. Hal ini menimbulkan ketakutan di kalangan para pemuka jemaat dan orang-orang
yang sebelumnya menjadi musuh Yesus. Akibatnya mereka mulai dikejar, dihambat,
ditangkap serta dianiaya bahkan dibunuh. Stefanus adalah contohnya yang
pertama. Melihat kenyataan ini nubuat Yesus hari ini terpenuhi. Kata Yesus: “Tetapi sebelum semuanya itu kamu akan
ditangkap dan dianiaya; kamu akan diserahkan ke rumah-rumah ibadat dan
penjara-penjara, dan kamu akan dihadapkan kepada raja-raja dan
penguasa-penguasa oleh karena nama-Ku. Hal itu akan menjadi kesempatan bagimu
untuk bersaksi” (bdk Luk 19:12-19). Yesus
sendiri sudah dibenci, ditangkap, dianiaya dan dibunuh, tetapi hidup kembali. Kini
Ia memiliki banyak pengikut-Nya. Sebelum berkembang terlalu cepat, para musuh
Yesus melakukan penangkapan, penganiayaan serta larangan untuk beribadat
menurut ajaran baru itu. Tuhan membiarkan situasi itu terjadi supaya
kekristenan berkembang kemana-mana dan mereka bisa bersaksi. Cara penganiayaan yang
dipakai orang Yahudi bukannya membuat mereka takut malah membuat keyakinan mazhab
baru ini semakin berakar dan menyebarluas dengan cepat. Kemudian menjadi nyata
bahwa sabda Yesus benar. Tak ada seorang manusiapun yang dapat mengagalkan
rencana Allah ini. Gereja Yesus Kristus justru berakar semakin dalam dan kuat
di dalam hati para pengikut-Nya.
Rasul
Yohanes dalam KItab Wahyu hari ini (Why 19:1-4) mengedepankan bahwa kekalahan dan
kebinasaan besar si jahat telah berada di depan mata. Umat Allah akan
bergembira dan menyanyikan lagu kemenangan mereka. Lagu kemenangan di sini
memiliki dua makna: Pertama, tuntutan rasa keadilan umat Allah telah terpenuhi. Kedua,
semua perjuangan mereka di dunia ini mendapat pahalanya. Seperti Musa telah
membebaskan Israel dari belenggu perbudakan, demikianlah halnya umat Allah mendapat
perhentiannya yang abadi, yaitu di surga mulia. Kemenangan ini patut dirayakan
karena Allah itu adil dan benar.
Walaupun
nama dan pribadi Yesus menjadi momok bagi orang-orang yang menolak dan tidak
percaya kepada-Nya, namun bagi para pengikut-Nya, nama dan pribadi Yesus telah
menjadi jaminan untuk mendapatkan pahala dan segala berkat rohani serta duniawi
hingga masuk hidup abadi. Hanya Dia yang berani berkata: Akulah jalan, kebenaran dan
hidup. Barangsiapa mengikuti Aku akan masuk hidup abadi.