Saat
belajar ilmu psikologi setiap anak manusia sangat dianjurkan untuk mengenal
dirinya sendiri, mengenal bakat dan potensi, kecenderungan yang baik dan buruk,
kelemahan atau kekurangan, hobi serta merancang tujuan hidup. Sesudah menetapkan
tujuan seseorang dianjurkan untuk mengembangkan bakat dan kemampuan secara
optimal dengan memanfaatkan semua metode ilmu bersangkutan, ditambah dengan metode
dari ilmu-ilmu lainnya, sehingga dalam hidupnya seseorang bisa mencapai tingkat
tertinggi dalam cita-cita, perjuangan dan usaha-usaha.
Melalui
perumpamaan tentang seorang bangsawan, yang memberi modal kepada
hamba-hambanya, Yesus mengajak para pendengarnya untuk memanfaatkan semua potensi
diri guna mengembangkan modal yang diberi. Bangsawan itu memberi mereka modal, masing-masing
sesuai dengan bakatnya dalam hal berbisnis. Ada yang menerima sepuluh mina, ada
yang lima, dan ada yang satu saja. Yang menerima sepuluh mampu menghasilkan
100%, maka diberi kuasa memimpin 10 kota, demikianpun yang menerima lima
menghasilkan laba 100%, dan ia diberi kuasa memimpin lima kota. Yang menerima
satu tidak berbuat apa-apa, ia menyembunyikan uang itu dalam sapu tangannya. Alasannya:
takut hilang, sebab ia menilai tuannya itu sangat otoriter. Hamba yang jahat
ini dihukum sesuai dengan perkataan dan sikapnya yang kurang menyenangkan,
sebab ia bukannya bekerja untuk menghasilkan sesuatu tetapi justru mengatakan hal
yang tidak pantas untuk tuannya. (bdk 19:11-28).
Tujuan
hidup ada yang kita tetapkan sendiri sesuai dengan penyelenggaraan-Nya, tetapi ada
juga yang sudah ditetapkan Tuhan dalam kemuliaan-Nya yakni: mencapai surga
(keselamatan) seperti yang digambarkan Yohanes dalam penglihatannya (Why
4:1-11). Surga itu tujuan akhir dari setiap anak Tuhan. Tempat di mana Tuhan
bertahkta dalam kemuliaan-Nya, di sana hanya kebahagiaan dan sukacita, hanya
ada keagungan yang semarak mulia. Tempat di mana para malaikat dan semua orang
kudus bernyanyi: "Kudus, kudus,
kuduslah Tuhan Allah, Yang Mahakuasa, yang sudah ada dan yang ada dan yang akan
datang." Tempat di mana para kudus itu mempersembahkan puji-pujian, dan
hormat dan ucapan syukur kepada Dia, yang duduk di atas takhta itu dan yang
hidup sampai selama-lamanya”.
Untuk
mencapai tingkat ini (baca: surga), setiap anak manusia sangat dianjurkan –
didorong – diberi semangat untuk meningkatkan semua potensi rohani dan jasmani yang
dimiliki supaya bisa mencapai hasil 100%. Surga bukanlah suatu tempat yang
mudah dicapai, sebab ada beberapa gambaran surga yang disampaikan Tuhan Yesus
sendiri bagi kita: pertama, pintunya
sempit (kita harus berjuang untuk bisa masuk); kedua, ada jurang yang lebar untuk sampai ke sana. Meskipun kita
sudah memiliki tiket untuk masuk surga karena jasa Yesus Kristus, namun tiket
itu baru bisa bermanfaat bila kita sudah mengisinya dengan banyak tindakan
kasih kepada Tuhan dan sesama, bila kita sudah mencapai hasil 100% dalam hidup.