Pada
saat saya mengikuti tahbisan Uskup di salah satu keuskupan di Indonesia, saya
pernah menyaksikan bagaimana para donatur yang kaya ingin memberi lebih banyak
dari yang lain. Kepada panitia pentahbisan mereka bertanya begini: “bapa yang
di sana itu memberi sumbangan berapa?” Panitia menjawab: 50 juta rupiah. Lalu
dia berkata: “saya punya 55 juta”. Demikian seterusnya mereka saling bersaing
untuk memberi lebih dari orang lain atas dasar kekayaan yang mereka miliki.
Persaingan yang sehat dan membuat panitia tidak kekurangan dana untuk menyukseskan
seluruh acara pentahbisan itu.
Andaikan
pemberian mereka ini disaksikan oleh Yesus, maka pasti saja ia mengatakan:
“wanita janda ini memberi jauh lebih banyak dari pada semua orang lain, karena
mereka memberi dari kelebihannya sedangkan janda ini memberi dari
kekurangannya. Segala yang dia miliki diberikan untuk berderma. Memberi lebih
banyak untuk kolekte, sumbangan sosial, serta bantuan pembangunan umum lainnya
pasti saja berguna, sebab semuanya bertujuan untuk kemajuan Gereja serta
karya-karyanya. Janda itu tahu bagaimana ia hidup dan mencari nafkah. Jika ia
seorang pegawai negeri atau swasta pasti ia memberi sekian prosen dari
penghasilan bulanannya. Akan tetapi jika ia seorang petani miskin dan bisa
memberi lebih banyak dari yang lain, maka nilainya lebih tinggi dari
janda-janda PNS dan swasta itu. Sebab ia memberi dari kekurangannya. Hatinya
jauh lebih terbuka kepada kehendak Allah ketimbang yang lainnya (Luk 21:1-4).
Membuka
diri kepada kehendak Tuhan dan mengandalkan Tuhan yang disertai kerelaan untuk
berbagi adalah salah satu wujud dari tindakan iman yang penuh pengharapan.
Setiap anak manusia pasti punya usaha dan penghasilan, namun tidak semua orang
memiliki hati untuk percaya kepada kehendak Tuhan dan juga tidak banyak orang
yang memiliki hati untuk memberi. Semuanya bergantung pada sejauh mana orang
mengalami dan merasakan adanya peran Tuhan dalam hidup mereka masing-masing.
Orang
yang mengalami dan merasakan peran Tuhan dalam hidup ini cuma berjumlah 144
ribu orang yang menyanyikan nyanyian baru itu, menurut penglihatan Yohanes
dalam Wahyu 14:1-3.4b-5.”Mereka adalah
orang-orang yang mengikuti Anak Domba itu ke mana saja Ia pergi. Mereka ditebus
dari antara manusia sebagai korban-korban sulung bagi Allah dan bagi Anak Domba
itu. Dan di dalam mulut mereka tidak terdapat dusta; mereka tidak bercela”. Hemat saya angka 144 orang itu bukanlah
angka yang menunjukkan kebenaran bahwa sebanyak itu saja orang yang
diselamatkan melainkan simbol untuk menggambarkan betapa sedikitnya orang yang
mengalami Tuhan perjumpaan dengan Tuhan dalam hidup ini dan mereka dipakai
Tuhan untuk bersaksi tentang kemuliaan Tuhan. mereka itu orang saleh dan jujur.
Orang
yang mengalami peran Tuhan dalam hidup ini, yang saleh dan jujur, adalah orang-orang
yang selalu siap memberi lebih
banyak, memiliki semangat rela berkorban: entah waktu, tenaga, materi, atau apa
saja untuk Gereja dan karya-karya sosial lainnya. Memberi lebih banyak adalah
wujud dari iman akan kebenaran tentang kemurahan Tuhan yang mengatakan: “berbahagialah
mereka yang murah hatinya, sebab mereka akan beroleh kemurahan”
Hari
ini kita memperingati Bunda Maria dipersembahkan kepada Tuhan. Ia seorang
beriman yang telah memberi dirinya jauh lebih banyak dari semua orang lain yang
pernah di bumi ini. Seluruh hidupnya dipersembahkan hanya untuk Tuhan demi
penebusan dosa manusia. Ia patron dalam iman kita akan Allah.