Cerita penindasan di Mesir dalam bacaan
pertama hari ini terhadap keturunan Israel mengingatkan saya akan penindasan
yang dilakukan Hitler terhadap bangsa Israel di Jerman. Sekitar 6 juta keturunan
Israel didiskriminasi dan dikumpulkan untuk dibunuh di Kamp Konsentrasi, 1933 –
1945.
Penindasan terhadap orang Israel di
Mesir terjadi karena muncul raja baru yang tidak mengenal Yusuf. Ia melihat
bangsa Israel berkembang dengan cepat. Ia takut dan cemas, karena itu ia
berkata: "Bangsa Israel itu sangat
banyak dan lebih besar jumlahnya dari pada kita. Marilah kita bertindak dengan
bijaksana terhadap mereka, supaya mereka jangan bertambah banyak lagi dan --
jika terjadi peperangan -- jangan bersekutu nanti dengan musuh kita dan
memerangi kita, lalu pergi dari negeri ini." (Kel 1:9-10). Lalu dia
melakukan penindasan dengan kerja paksa dan menangani pekerjaan-pekerjaan
berat, membuat batu bata dari tanah liat, memberi pelbagai pekerjaan di padang
dibawa mandor-mandor Mesir yang kejam. Semua anak laki-laki yang lahir bagi
orang Israel dibuang ke dalam sungai Nil. Dengan demikian orang Israel sangat
menderita. Sungguh sebuah bentuk penindasan yang kejam.
Ketika Yesus lahir dan hidup di tengah
bangsa-Nya sendiri hingga usia 33 tahun (sampai wafat dan bangkit), Israel
tidak bebas dari penindasan bangsa asing karena pada zaman itu bangsa Romawi
menjajah Israel. Yesus sendiri dihukum mati oleh Pilatus, seorang wali negeri
Roma yang tinggal di Israel. Dalam warta-Nya hari ini, kita mendengar – membaca
tentang sabda Yesus yang mengatakan:"Jangan
kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk membawa damai di atas bumi; Aku datang
bukan untuk membawa damai, melainkan pedang”(Mat 10:34). Pernyataan ini
tampaknya sangat kontroversial, seolah-olah Yesus mendukung kekerasan. Pedang itu
sebuah metafora untuk konflik ideologi dan Yesus tidak mendukung pemikiran tentang
kekerasan, apalagi berbicara tentang perpecahan dalam keluarga.
Yesus sendiri menjadi korban penindasan,
penindasan oleh dosa manusia dan tindakan tidak adil manusia terhadap
sesamanya. Ketika semakin banyak orang menjadi pengikut-Nya maka kebencian para
musuh-Nya semakin menjadi-jadi. Penindasan dan penganiayaan pun terjadi di mana-mana,
sejak awal mula berdirinya Gereja hingga dewasa ini. Tetapi jangan takut. Tuhan
tidak akan meninggalkan jemaat-Nya yang setia !