Sabda-MU, Terang Bagi Jalan-ku…!

Sabda-MU, Terang Bagi Jalan-ku…!
❝ Your Word is A Lamp for My Feet, A Light for My Path. ❞     「Psalm 119:105  —  The New American Bible, Revised Edition (NABRE).」

Alkitab On-Line

 

Alkitab On-Line :

Ketik Kata atau Ayat :

Alkitab    Bahan

Amazon Associates Rotating Banner

Search Engines with English Only

Sabtu, Juli 01, 2017

AKU SUDAH TUA, SUAMIKU JUGA DEMIKIAN !

Dalam hidup sehari-hari kita sering jatuh dalam pikiran tentang hari baik dan hari buruk. Hari baik jika kita bangun dan bekerja dengan penuh semangat. Kita katakan hari buruk bila kita bangun dengan perasaan negatip dengan hasil pekerjaan yang kurang memuaskan. Senang dan susah silih berganti. Menjadi kuat dan lemah selalu ada jatuh bangunnya. Itulah kenyataan hidup dari manusia yang menyimpan harta rohani dalam bejana tanah liat. Akan tetapi hidup dan perjuangan ini harus dijalani sampai tuntas. Orang yang mengimani Allah, harus percaya bahwa dalam DIA segalanya akan berjalan sesuai rencana-Nya !

Kemarin Abraham bangun dengan pikiran negatip. Kepada dirinya dia berkata: mungkinkah? Hari ini giliran Sara istrinya. Ketika dia mendengar nubuat dari tiga tamu siluman yang sudah dia beri makan minum yang enak itu berkata, bahwa tahun depan dia akan memperoleh anak, dia berkata kepada dirinya sendiri: Aku sudah tua dan suamiku juga sudah terlalu tua, mungkinkah aku dan dia masih punya birahi? (Kej 18:1-15). Sudah menjadi kenyataan, kita sering disandera oleh kelemahan fisik dengan pelbagai alasan: tua, sakit, cacat dan tak berdaya. Alasan yang memang masuk akal karena bertolak dari kenyataan hidup. Demikian pun Sara, istri Abraham. Dia tertawa kepada dirinya sendiri mendengar nubuat tamu-tamu itu. Akan tetapi janji Tuhan sejak awal kepada mereka berdua tidak mungkin dibatalkan hanya karena reaksi negatip itu. Tahun depan keduanya akan dikaruniai anak lelaki, yang akan menjadi cikal bakal terpenuhi janji lain dari Tuhan: keturunanmu akan banyak seperti bintang di langit dan pasir di tepi pantai. Tuhan tidak main-main dengan janji-Nya. Dia mahasetia.

Perwira di Kapernaum lain lagi ceritanya. Dia datang menghadap Yesus dengan keyakinan sebagai perwira yang selalu ingin menang dalam niat dan perjuangannya. Dengan rendah hati tetapi penuh iman ia berkata: Tuan, hambaku sakit keras dan hampir mati. Bolehkah Engkau datang untuk menyembuhkannya? Yesus menanggapi permintaannya dengan positip: “Baiklah saya datang”! Namun saat Tuhan bersedia datang, ia merasa tidak layak, meski tetap dengan penuh iman berkata: “Tuan, Engkau terlalu mulia. Aku merasa tidak layak menerimamu di rumahku. Tetapi katakan saja sepatah kata di sini, maka hambaku akan sembuh”. Alasannya jelas: saya punya bawahan, kalau saya bilang padanya untuk datang pasti dia datang; dan kepada hambaku lakukan ini pasti ia melakukannya. Karena itu saya yakin Tuan juga bisa mengatakan hal yang sama kepada hambaku sekarang ini!. Yesus terkagum-kagum mendengar ungkapan iman sebesar itu, dan Ia belum mendengarnya di antara orang Israel. Karena itu dengan cepat Yesus menjawab: “pergilah jadilah seperti yang engkau minta!”. Saat itu juga hambanya di rumah sembuh. Ajaib, bukan? (Mat 8:5-17).

Kejadian dari dua cerita di atas bedanya ribuan tahun. Sara dan Abraham pada masa Perjanjian Lama sedangkan perwira itu pada masa Perjanjian Baru. Keduanya berhadapan dengan Tuhan yang sama meski beda cara Dia menjelma. Dalam Perjanjian Lama penjelmaan Tuhan melalui tiga tamu (bisa ditafsir Bapa, Putera dan Roh Kudus) dan dalam Perjanjian Baru penjelmaaan-Nya melalui Yesus, Allah Putera saja! Namun semuanya menunjukkan kehadiran Allah yang sama, dengan kuasa yang sama dan dengan kesetiaan yang sama. Kata Kitab Ibrani, meskipun beda ribuan tahun: Yesus Kristus tetap sama, baik kemarin maupun hari ini dan sampai selama-lamanya.

Ya, Allah itu sama kuasa-Nya, baik dahulu, sekarang maupun pada masa yang akan datang hingga selama-lamanya! Lebih dari pada itu Dia mahasetia dengan janji-janji-Nya.

Merenungkan rencana dan kuasa Tuhan yang ajaib ini, hari ini dan seterusnya, berpikir sesuai dengan kehendak Tuhan, adalah cara pikir terbaik yang perlu kita imani, hayati dan kita bangun. Keterbatasan fisik bukan menjadi halangan untuk bekerja memuliakan nama-Nya dalam pelbagai aktivitas kita. Tuhan ajaib dalam rencana dan kuasa-Nya !

Adhitz Ads