Dalam sebuah pesta keluarga di seminari
menengah tahun 1972, saya (kelas 4 = 1 SMA) dan teman saya dari kelas 5 (kelas
II SMA) adalah pasangan ganda yang masuk babak final dalam pertandingan tennis
meja (bola pingpong). Pertandingan itu diadakan pada jam rekreasi malam
disoraki oleh para penonton, yaitu seluruh warga SMA, sehingga amat
menegangkan. Para pendukung semuanya berdiri di belakang dan setiap kali meraih
angka kami disoraki sambil mereka mencolek kami dari belakang. Pertandingan
yang alot dan meriah itu terjadi hingga rubber set (tiga set), saling mengejar
nilai dan akhirnya pasangan kami keluar sebagai pemenang. Di tengah kebahagiaan
itu para pendukung bersorak sorai sambil “meninju” kami dan sesudah semuanya
tenang kami mendapat hadiah amat istimewa, masing-masing mendapat sebuah salib
jumbo.
Saat menerima hadiah itu rasa bahagia saya
bertambah karena kami tidak pernah menduga akan mendapat hadiah salib jumbo
seperti itu. Bagi saya, setelah bergumul dalam pertandingan yang menegangkan,
saking senangnya, hadiah salib bukan saja terasa sebagai kemenangan atas
pertandingan itu tetapi sebagai sebuah kemenangan iman. Entah mengapa, saya
kurang tahu ! Kakak kelas pasangan ganda saya keluar kelas VI, tamat SMA dan
saya menjadi imam! Masing-masing kami punya kemenangan hidup sendiri karena
Tuhan menuntun setiap orang menurut rancangan-Nya.
Menurut cerita Kitab Kejadian hari ini
(Kej 32:22-32) Yakub bergumul dalam sebuah perkelahian dengan seseorang tak
dikenal. Dalam perkelahian itu Yakub sangat kuat dan sulit dikalahkan. Akhirnya
Yakub dinyatakan sebagai pemenang dan orang tersebut mengganti nama Yakub
dengan panggilan baru ISRAEL = Pemenang! Keturunanmu akan menjadi pemenang. Ya,
pemenang dalam segala hal, dalam menata hidup yang baik, entah dalam hubungan
dengan Tuhan, sesama dan pekerjaan dst. Yakub dan keturunannya diberkati adalah
lanjutan berkat yang telah dijanjikan kepada Abraham dan Ishak. Dalam setiap
pergumulan hidup Israel dan keturunannya keluar sebagai pemenang. Menjadi
pemenang itu akhirnya menjadi visi misi bangsa ini selanjutnya hingga saat ini.
Dalam mengembangkan kerajaan-Nya Tuhan
memilih pekerja-pekerja yang ulet, baik kaum religius maupun kaum awam,
orang-orang yang secara khusus dipanggil dan dipilih untuk memajukan bidang
pelayanannya masing-masing. Selama ini mungkin kita berpikir bahwa pekerja yang
dipilih untuk ladang Tuhan ini adalah panggilan khusus bagi kaum religius
semata (Mat 9:32-38). Hemat saya ladang Tuhan itu tersebar dalam pelbagai aspek
kehidupan manusia sesuai dengan potensi dan rencana yang dirancangkan Tuhan.
Kaum awam dipilih untuk menjadi pemenang dalam bidangnya, kaum religius
dipanggil dan dipilih Tuhan guna menjadi pemenang dalam bidangnya. Ladang Tuhan
sedemikian luas, kita semua dipanggil untuk mengelola ladang Tuhan yang luas
ini demi kesejahteraan, kemakmuran dan kebahagiaan manusia itu sendiri. Dalam
mengelola semua ini kita harus bertanding sedemikian rupa dan berusaha menjadi
pemenang.
Nama yang diberi kepada kita saat
pembaptisan adalah nama para kudus, nama para pemenang dalam mengimani Tuhan
dan dalam mewujudkan iman itu dalam hidup dan karyanya. Mereka telah menjadi
pemenang dalam hidupnya masing-masing, setelah mereka bergumul melewati
pelbagai pencobaan hidup yang berat. Semoga Anda dan saya mulai saat ini selalu
berpikir untuk menjadi pemenang sesuai dengan nama yang diberikan Tuhan kepada
kita!