Perjalanan bangsa Israel, selama 40
tahun di padang gurun bukanlah perjalanan yang singkat tetapi perjalanan yang
sangat lama, hampir setara dengan usia dua generasi manusia, Perjalanan puluhan
tahun itu sungguh merupakan perjalanan yang sangat melelahkan bahkan semua
generasi tua yang keluar dari Mesir tidak sampai ke tanah terjanji termasuk
Musa sendiri.
Kisah exodus ini bagi kita, khususnya bagi
saya hari ini, bila dilihat dari kaca mata iman sungguh merupakan kisah tentang
Allah yang menuntun umat pilihan-Nya dengan tangan yang kuat. Musa membawa umat
ini keluar dari Mesir dengan keyakinan mendapat panggilan Tuhan yang memilih
dan mengutusnya sebagai tokoh pembebas. Setelah ia meyakinkan Firaun dan
bangsanya sendiri, mereka berangkat dalam suatu rombongan yang sangat besar,
sambil membawa semua harta kekayaan mereka. Kita bisa membayangkan bagaimana
sulitnya perjalanan itu.
Pada zaman sekarang kita teringat akan
tayangan gambar di televisi bagaimana sulitnya orang-orang Timur Tengah bermigrasi
ke Eropa, dengan menggunakan kapal, perahu, atau berjalan kaki melewati negara-negara
hanya karena ingin meluputkan diri dari kekejaman perang di negaranya sendiri. Begitu
pun orang Israel harus meninggalkan Mesir karena penindasan yang kejam di Mesir
pada zaman itu. Namun orang Israel, dibawah pimpinan Musa yakin bahwa mereka
pergi karena percaya akan adanya TANGAN YANG PERKASA yang membimbing mereka,
yakni TANGAN YAHWE sendiri. Musa tidak gentar melawan segala tantangan yang
mereka hadapi sejak awal. Bacaan pertama hari ini (Kel 14:5-18) mengisahkan
bagaimana Firaun mengumpulkan segala pasukannya mengejar orang Israel dari
belakang. Kisah yang menarik ini mengatakan kepada kita bahwa Tuhan sendirilah
yang merencanakan exodus ini, Tuhan sendiri juga yang memimpinnya dan membawa
mereka hingga sampai ke tujuannya nanti. Dengan demikian Tuhan sendirilah yang
melindungi dan menjaga mereka. Pada akhirnya semuanya terbukti benar.
Berabad-abad kemudian, orang Israel yang
sudah melihat kehadiran Yahwe di dalam diri Yesus, masih menuntut tanda. Walaupun
mereka sudah menyaksikan dan mendengar cerita tentang mujizat-mujizat Yesus
berulang-ulang. Mungkin saja hal ini disebabkan oleh banyaknya penderitaan yang
mereka alami di bawah penjajahan Roma serta pemerintahan mereka sendiri yang
tidak adil. Mereka ingin merdeka dari penindasan itu, mereka lalu berharap agar
Allah datang dan menyelamatkan mereka, seperti yang terjadi pada saat Musa
memimpin nenek moyang mereka keluar dari Mesir. Yesus menolak permintaan mereka
karena sesungguhnya Ia sendiri adalah tanda itu dan mereka telah melihatnya
(Mat 12:38-42)
Kita menyapa Allah itu sebagai Bapa. Sebutan
yang menandakan kedekatan-Nya kepada kita. Namun Ia adalah Allah yang
mahakuasa, mahamulia, maha pengasih dan penyayang. Kebesaran dan kekuasaan-Nya
tidak sebanding dengan kuasa para dewa. Ia adalah Allah di atas segala dewa. Jika
kita selalu mengimani kehadiran-Nya di dalam diri Yesus, dalam sakramen dan
tanda-tanda suci lainnya, maka sesungguhnya Ia berada bersama kita, hidup dalam
diri kita dan memimpin kita dengan tangan-Nya yang perkasa!