Pandangan kita tentang pengalaman hidup
yang pahit dan sukar pasti berbeda-beda. Mereka yang tidak mampu menerima
kepahitan akan cenderung mencari alasan untuk mempersalahkan semua keadaan yang
menjadi penyebabnya. Mereka yang pasrah akan mengatakan: biarkan saja, mungkin
ini kehendak Tuhan. Mereka yang teguh imannya akan berkata: ini kesempatan yang
baik untuk bertumbuh. Mereka yang berpikir positip akan memotivasi dirinya
dengan berkata: semua kepahitan ini akan berlalu, sebab setiap persoalan pasti
ada masa kedaluarsanya atau badai pasti berlalu!
Yusuf bertemu dengan saudara-saudaranya
yang datang membeli gandum ke Mesir saat ia sudah menjadi pejabat (mangkubumi)
di istana Firaun. Mulanya ia mempermainkan saudara-saudaranya dengan menyandera
Yehuda dan memaksa mereka agar membawa Benyamin adik kandungnya, jika mereka
datang lagi. Ia rindu untuk berjumpa lagi dengan adiknya itu. Setelah Benyamin
datang, ia memperkenalkan dirinya sambil menangis: Akulah Yusuf yang kamu jual.
Aku datang ke sini karena Allah yang menyuruhku.
Dengan pernyataan ini, Yusuf melihat peristiwa pahit dalam hidupnya sebagai
penyelenggaraan Ilahi, yaitu untuk menyelamatkan keluarganya dari bahaya
kelaparan hebat yang melanda seluruh bumi. Ia tidak dendam kepada
saudara-saudaranya dan menghukum mereka, tetapi sebaliknya menerima mereka
semua dengan tangisan bahagia (Kej 44:18-21.23b-29;45:1-5)
Tuhan mengutus – menyuruh para murid
yang sudah dipilih-Nya untuk pergi mewartakan kabar pertobatan sambil
menyembuhkan yang sakit, membangkitkan yang mati, mengusir setan-setan
tanpa
membawa barang-barang berharga yang bisa menjadi penghalang dalam tugas
perutusan itu. Fokus utama dari perutusan itu adalah keselamatan bagi semua
orang yang mereka jumpai dalam perjalanan mereka ke mana saja. Tuhan menyuruh
mereka untuk menjadi penyelamat atas semua orang yang mengalami kepahitan dalam
hidup, sebagaimana Yesus sendiri telah datang untuk mencari dan menyelamatkan
yang sakit dan yang berdosa (Mat 10:7-15).
Yusuf dan para murid melihat perjalanan panggilan
mereka sebagai penyelenggaraan Ilahi – Tuhan mau memakai mereka sebagai alat
untuk melanjutkan tugas-Nya di dunia ini. Entah perjalanan panggilan itu diawali
dengan cara baik atau tidak baik, jika semuanya terjadi atas
penyelenggaraan-Nya maka semuanya akan berakhir dengan baik. Tuhan mahabaik dan
selalu mempunyai rencana yang terbaik atas semua orang yang percaya dan yang dipanggil
menjadi “rekan kerja-Nya”. Dalam diri
Yesus dan karya-Nya, Allah telah menunjukkan semua yang terbaik bagi
orang-orang yang percaya, teristimewa bagi mereka yang dipanggil dan diutus
untuk melanjutkan karya-Nya di dunia ini.
Melihat dan menilai perjalanan hidup serta panggilan kita sebagai “rencana dan suruhan Tuhan” kiranya menjadi pegangan kita yang utama untuk menjalankan tugas-Nya untuk mengambil bagian dalam karya keselamatan-Nya. Dalam keadaan baik atau tidak baik, itulah rencana dan suruhan Tuhan ! Amin