Bangsa Israel pada zaman Yesus sering
menyampaikan keberatan-keberatan mereka atas perkataan dan sikap Yesus yang
tidak taat pada azas hukum Taurat. Mereka lebih menuntut tindakan lahiriah pada
persembahan dan penghormatan hari Sabat dari pada memperbaiki sikap batin yang
sudah bobrok. Atas dasar itu Tuhan Yesus menginginkan mereka agar lebih
memperhatikan keadaan jiwa yang kotor dan harus diperbaiki, daripada
memperhatikan bahan persembahan tambahan yang tidak memiliki nilai penebusan
dosa (Mat 12:1-8).
Tuhan sudah melakukan tindakan
belaskasih yang luar biasa nilainya bagi keselamatan manusia melalui
penderitaan, wafat dan kebangkitan Yesus Kristus. Nilai plus yang harus
dihayati para pengikut-Nya adalah perubahan cara hidup dari yang negatip kepada
yang positip. Sebab adalah sebuah ke sia-siaan kalau kita mempertahankannya
demi statusquo, gengsi, martabat atau hak azasi manusia. Ini penegasan Yesus
sesuai kehendak Allah yaitu BELASKASIHAN ITU LEBIH PENTING DARI PADA PERSEMBAHAN.
Dalam kisah Kitab Keluaran hari ini (Kel
11:10-12:14), Tuhan membebaskan bangsa Israel keluar dari negeri Mesir karena
cinta dan janji keselamatan-Nya melalui bangsa terpilih ini. Peringatan akan pembebasan
(Paskah Yahudi) ini kemudian menjadi cikal bakal terjadinya Paskah Yesus Kristus,
di mana Ia mempersembahkan hidup-Nya di kayu salib untuk menyelamatkan manusia
dari dosa. Dalam Paskah Yesus Kristus wujud belaskasih Allah jauh lebih tinggi
nilainya daripada Paskah Yahudi, sebab Paskah Yahudi hanya mempersembahkan
darah anak domba sedangkan Paskah Kristus mempersembahkan darah-Nya sendiri.
Dengan cara ini Tuhan mengajak kita
untuk lebih menghayati cara hidup Yesus Kristus yang rela mengorbakan hidup-Nya
untuk keselamatan kita dari pada korban persembahan dan hukum-hukum Sabat.